Kita semua tentu mengenal apa itu tumbuhan atau pohon. Suatu organisme yang tumbuh dari sebuah bibit atau biji, kemudian memiliki tunas, dan terus tumbuh hingga memiliki dahan, cabang, dan ranting. Subhanallah… Kebesaran Allah sangat terlihat pada perjalanan tumbuhnya organisme ini.
Organisme inilah yang dipakai Allah untuk menjadikan perumpamaan bagi harta yang diinfakkan oleh seorang mukmin di jalan Allah, dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah:261. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Sangat indah dan tepat. Begitulah yang dipaparkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, bahwa ketika Allah menerangkan perumpamaan sebutir biji yang tumbuh menjadi 7 tangkai dan setiap tangkai menghasilkan 100 biji, perumpamaan ini lebih mengena ke dalam jiwa daripada langsung menyebutkan bahwa satu kebaikan mendapat ganjaran 700 kali lipat karena disini ada isyarat bahwa amal sholeh seseorang ditumbuhkan Allah sebagaimana Allah menumbuhkan sebutir biji bagi orang yang menanamnya di tanah yang subur, bahkan lebih dari itu sebagaimana diriwayatkan dari Imran bin Hashin dari Rasulullah , beliau bersabda : “Barangsiapa yang membiayai orang yang sedang berjihad di jalan Allah sedang dia tinggal di rumahnya, maka baginya disetiap dirhamnya 700 dirham pada hari kiamat dan barangsiapa ikut berperang di jalan Allah serta juga menafkahkan hartanya maka baginya pada setiap dirhamnya 700.000 dirham. Kemudian Rasulullah membaca ayat …Wallahu yudhooifu liman yasyaa’… (dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki) sesuai keikhlasannyan dalam beramal dan Allah Maha Luas KaruniaNya dan lagi maha Mengetahui”.
Bila dalam sebidang tanah terdapat sebuah pohon, lalu benih-benih dari pohon itu jatuh ke tanah dan kemudian menumbuhkan pohon-pohon yang baru, maka sebidang tanah itu bisa menjadi kebun. Kebun yang homogen. Bila sebidang tanah itu ditumbuhi lebih dari satu jenis pohon, maka sebidang tanah itu menjadi kebun yang heterogen.
Kalau kita mendengar kata kebun, tentu yang terbayang ada sebidang tanah yang indah,rindang, dan menyenangkan yang terdapat pohon-pohon baik sejenis atau berbagai jenis. Kata kebun yang bercitra indah ini juga digunakan oleh Allah untuk perumpamaan bagi harta yang diinfakkan oleh seorang mukmin di jalan Allah. “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS Al-Baqarah : 265).
Dalam dua ayat yang berdekatan ini Allah menggunakan perumpamaan pohon dan kebun. Perumpamaan yang ‘nyambung’, karena antara pohon dan kebun punya hubungan. Subhanallah…
Suatu sedekah yang kita keluarkan ibarat tumbuhan yang akan tumbuh mulai dari benih hingga memiliki tujuh bulir dengan 700 biji tiap bulirnya. Maka jadikanlah sedekah kita itu kebun. Kebun yang homogen, manakala sedekah itu kita rutinkan, dan kebun heterogen manakala kita memiliki lebih dari satu macam sedekah.
Umpamanya berinfaq untuk seorang anak yatim dari kerabat kita, itu – insya Allah – akan menjadi sebuah pohon infaq kita. Kalau infaq itu kita rutinkan perbulan, akan menjadi sebuah kebun amal yang homogen. Dan kalau kita juga punya pos infaq yang lain, misalnya infaq untuk Palestina, infaq untuk saudara yang lain, infaq untuk masjid yang kita rutinkan, dan kita juga punya kewajiban membayar zakat profesi, maka kita memiliki kebun amal yang heterogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar