Senin, 08 Agustus 2011

Bukan BELUM MAMPU Tapi BELUM MAU

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC02IZ3xFDb2l-Pht-JKHIRq8sY167twqchJyj3gYJHMHqUx5KWtJ5bkZVrGGq1JzA2yiI5G6BQByp1jNmUlT1zSPsrk6PaoJBk5ISdC2u9FdZ2wLjDK8LED70gQXsKvatSs3qMTJo-J6o/s1600/%2523%2523%2523tilawah.jpg

Islamedia - Ini tentang salah satu kewajiban asasi. Yang mestinya tak diabaikan dan dibiarkan, atau dianggap tenang2 saja kala tak dapat ditunaikan.
Tilawah Qur'an. Ya, tilawah Qur'an dengan target minimal 1 juz tiap hari.


Berat kah itu buatmu? Sementara novel yang menarik dengan tebal 250-300 halaman bisa tuntas kau baca hanya dalam sehari! Luar biasa!!
Lalu, apakah Qur'an itu lebih buruk kualitasnya dan lebih rendah daya tariknya dari pada novel itu? Ah, tentu saja tidak.


Tapi, itulah godaan menuju konsistensi. Jika dibuat statistik, ada kalanya lunas 1 hari bisa tilawah 1 juz, tapi rasanya lebih banyak tak lunasnya.
Lalu, kenapa tidak ada semacam rasa bersalah yang amat sangat, kala target itu tak tercapai? Kenapa penyikapannya menjadi sangat berbeda kala target pekerjaan di kantor tak tercapai?
Oh, inilah manusia, yang mungkin hampir hilang sisi2 kemanusiaannya.


Maka, aku tersindir berat saat membaca tulisan Cak Nun. Di ujung paragraf sebuah artikelnya 'Nyicil Simpati Kepada Setan' dia tulis:


Setan bilang kepada saya: "Tidak ada tantangan lagi. Manusia bukan tandingan setan sama sekali, sangat mudah kami kendalikan. Sangat tidak memilki ketegasan & ketahanan untuk mempertahankan kemanusiaannya. Sungguh tidak menarik lagi bertugas sebagai setan..."


Astaghfirul-Lah. Memang harus ada upaya lebih, kesiapan, dan kemauan keras untuk bisa konsisten sebagai manusia. Apalagi (hanya) untuk tilawah 10 lembar dalam sehari. Mestinya SANGAT BISA, jika ditilik dari perangkat kita yang super canggih ini. Tellinga, mata, alat2 artuikulator,.. yang menempel di badan ini, semuanya masih waras dan mampu bekerja dengan baik. Lalu, apalagi yang akan dijadikan alasan untuk tak tercapainya target?


MALAS!


Cuma itu kata yang paling pas. Dan malas adalah ciri2 orang MUNAFIK! 'Waidza qoomu ilas sholaati qoomu kusaala' (dan jika dia berdiri untuk sholat, maka dia berdiri dengan malas). Jadi, sudah sebegitu munafik-kah dirimu, Ning?


Teringat 17 tahun lalu, saat masih aktif di Lembaga Tahfiz Qur'an,. Betapa sebenarnya kebaikan (kadang) memang perlu dipaksakan. Salah satu ustad pembimbingku di LTQ, yang seorang al-hafidz, memantau setoran hafalanku sepekan 3 kali, memaksakan aku untuk rajin menghafat dan selalu tuntas tilawah Qur'an khatam setiap akhir bulan.


Buku pemantau LTQ memang terdiri dari 2 sisi. Sisi kanan adalah laporan kemajuan hafalan dalam 1 bulan. Sekali setor (2 hari sekali) minimal 2 halaman. Pernah aku tak siap, hanya siap setor 1 halaman, kata ustadnya, "Sudah buat besok lagi aja. Gak usah disetorin. Pulang aja"
Hiks hiks.. gak dianggao deh. Tapi, salah aku sendiri lah, sudah tahu aturannya minimal 2 halaman setor, masih nekat aja datang berharap ada keringanan.


Nah, sisi kirinya adalah lembar pemantauan tilawah dalam 1 bulan. Untuk memaksaku supaya konsisten tilawah 1 juz per hari dan khatam tiap akhir bulan, sejak awal bulan pun, ustad selalu menuliskan di akhir bulan itu, 'khatam', dalam tulisan arab. Yaa, akhirnya, meski kadang saat paruh bulan juga belum mencapai 15 juz, terpaksalah, ngebut supaya pada akhir bulan bisa khatam, karena terlanjur sudah ada tulisan beliau dan sudah ditandatangani pula.


Namun, pernah juga, benar2 aku tidak bisa khatam, saat sakit atau uzur bulanan sediit lebih panjang. Terpaksa, dengan malu hati, minta dispensasi. Dan ustad dengan wajah merengut, mencoret kata khatam itu. Afwan ya ustad :(
Hiks hiks.. sekarang ini, jadi rindu dipaksa begitu. Ayo dong siapa mau memaksaku?


Mudir (Direktur) LTQ pada waktu itu, juga pernah menasehatkan, untuk ta'amul dengan Qur'an jangan mengambil prinsip qana'ah (merasa cukup), tapi justu harus hirsun (rakus). Tidak pantas ada ucapan,


"Habis gimana yaa, saya memang susah kalau menghafal. Ya sudah lah saya ngafal yang surat2 pendek aja"
Atau, "Habis gimana yaa, saya pulang kerja sudah malam. Belum ngurusin anak2. Jadi sudah kecapekan, gak semoat tilawah banyak2"


Kata ustad, ibarat makan, jika kita qana'ah, apa iya mau selama hidup makan dengan lauk tempeeeeeeeeeeee terus seumur2? Mestinya kan bosen, ingin ada peningkatan gizi, sekali2 dengan daging, telur atau apalah yang lebih enak.


Begitu pula dengan tilawah dan menghafal Qur'an, harus ada kemauan untuk target yang lebih tinggi. Jangan merasa cukup dengan hafalan dan kebiaaan tilawah yang sudah ada (yang belum sesuai target).


Hmm, tak berat sebenarnya untuk bisa tilawah 1 juz sehari. Satu juz kan cuma 10 lembar (20 halaman). Jika dibaca tiap selesai sholat, kan cuma perlu baca 2 lembar atau 4 halaman saja. dan itu hanya butuh waktu tak lebih dari 10 menit!


Jika mau dibaca sekali geber setengah juz (5 lembar), kan cuma butuh waktu tak lebih dari setengah jam. Jadi, sehari bisa dicicil 2 kali duduk, masing2 setengah juz, butuh waktu total tak kurang dari 1 jam. Sedangkan waktu sehari ada 24 jam. Wahai, kemana saja kau selama 24 jam waktumu dalam sehari itu, Ning? Cuma butuh 1/24 saja untuk bisa komitmen tilawah. Di mana susahnya, Ning?


Susahnya di sini. Di aliran darah yang mungkin sudah ditongkrongi setan2 gendut, yang berwujud nafsu, yang membidani lahirnya kemalasan. Yang dia baru bisa pergi jika diusir dengan sekuat tenaga. Diusir paksa!


Ya, harus bisa memaksa diri sendiri !
Bismillah, Allahumma paksain :)


Eits salah. Kemarin kan baru saja diingatkan suami, jangan bikin doa yang aneh2, doa seperti yang diucapkan Musa As aja:  Allahumma yassirliy amriy (Ya Rabb, permudahlah urusanku).


Jadi ingat dengan coretan pendekku 2 bulan yang lalu. Ah, sudah 2 bulan sejak tulisan itu, masih begini2 saja? Inna lillahi :(


SUDAH 1 JUZ KAH TILAWAHMU HARI INI ??
(tanyaku pada diri sendiri)


kita tak akan punya waktu untuk berinteraksi dgn Qur'an setiap hari, jika tak myempatkan diri.


jika tak mampu lagi berdiri lama gunakan Qur'an dalam bacaan sholat, masih bisa tilawah sambil duduk.
jika tak mampu lagi duduk tegak, masih bisa tilawah dengan duduk setengah berbaring.
jika lisan sudah serak, masih bisa tilawah tanpa suara.
jika mata sudah mulai berat, masih bisa tasmi' (menyimak) orang/mp3 tilawah.
jika sudah tidak bisa apa2 lagi, ya saatnya kita dibacakan yasin :)


Ya Rabb, jadikan kami termasuk orang2 yg membaca Qur'an
lalu meningkat kehidupan kami
jangan Kau jadikan kami orang2 yg membaca Qur'an
tapi kemudian sengsara hidup kami ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar