Oleh Eza Indahsari
Kita pasti pernah dikecewakan orang lain. Mengecewakan orang lain juga. Tidak ada manusia yang sempurna diatas dunia ini. Tapi tetap saja saat orang lain mengecewakan kita sedih rasanya. Apalagi jika orang itu adalah sahabat sendiri, tempat berbagi suka dan duka, yang ikatannya melebihi saudara, yang sudah tahu baik dan buruknya masing-masing.
Sebut saja sahabatku S.
S, aku tidak marah. Sungguh,aku tidak marah padamu.Hari pertama kau mengecewakanku, aku memang sedikit sedih. Padahal kau yang berjanji duluan. Padahal harapanku besar tergantung padamu. Tapi tiba-tiba saja kau bilang tidak bisa menemaniku. Alasannya, kau lelah. Ingin seharian di Rumah.
S, aku mengerti. Walaupun hati ini sedikit terluka. Awalnya aku ingin memarahimu. Bukankah kau yang dulu berjanji padaku, mengapa sekarang ingkar?Tapi, S, siapalah aku ini. Tak berhak main hakim sendiri. Aku mencoba memosisikan diri sebagai dirimu.
Ya, mungkin kau capek. Aku tau kesibukanmu. Aku tau lelahnya dirimu beraktivitas.Dan tiba-tiba aku merasa akulah yang egois. Memaksamu menemaniku. Aku bukan anak kecil lagi yang menangis dan merajuk hanya karena tidak dibelikan permen.
Alhamdulillah, hari itu, aku menang melawan setan dalam diriku.Namun, sepertinya kau ingin menguji kesabaranku ya S?Besoknya, kau ingkar janji lagi.Padahal kita sudah janji akan pergi ke acara itu bersama.Malahan, kau pula yang menawarkan perginya barengan padaku. Kita masih SMS-an malamnya, dan sempat pula sambil bercanda kau minta dibangunkan pagi-pagi, takut terlambat.Tapi, rencana tinggal rencana. Tuhan jualah yang menentukan.Ternyata kita sama-sama ketiduran!
Aku yang panik, cepat-cepat menghubungimu, meminta agar kau segera bergegas. Aku juga bilang aku akan menunggumu di tempat yang telah disepakati tadi malam.Dan, S, entah karena kau baru bangun, sehingga jawabanmu ngawur, yang jelas kau menyuruhku duluan saja.
Asumsiku waktu itu, kau jadi pergi. Hanya saja terlambat.Ok, jawabku.Tak kusangka, maksudmu itu adalah kau tak jadi pergi. Astagfirullah, S, Kenapa tidak terus terang mengatakan kau batal pergi?
Aku menghela napas. Lagi-lagi S, kau mengecewakanku.Tapi, aku tidak bisa menyalahkanmu. Yang kusalahkan adalah diriku sendiri, kenapa aku juga bangun terlambat.
Seandainya aku bangun lebih awal, tentulah aku bisa menghubungimu lebih cepat.Tapi, semua itu di luar kuasaku.Hanya bisa menyayangkan, seandainya kau ada di sampingku waktu itu, tentu saja suasananya akan berbeda.
Belum,belum cukup sampai di situ.Kau melupakan janjimu lagi hari ini.Aduh..
S, segitu parahnyakah ingatanmu?Atau kau sudah jadi orang yang mudah melupakan janji?Maafmu tentu saja kuterima.
Bagaimana mungkin aku akan marah padamu lama-lama?Tidak, aku tidak bisa.
Aku tidak bisa ngambek padamu.Kamu tau sebabnya, S?Karena aku seperti melihat diriku sendiri dalam dirimu.
Aku seperti bercermin,dan yang tampak adalah bayanganku.Kejadian tiga hari ini membuatku introspeksi diri,aku, S, akulah dirimu.
Aku juga sering mengecewakan orang lain seperti itu.Janji-janji yang kuucapkan sendiri, seringkali batal di tengah jalan.Aku akui, manusia itu penuh dengan khilaf.Sifat plin-planmu itu cerminan dari diriku.
Aku merenung S.Apakah ini yang dirasakan oleh orang-orang yang pernah kukecewakan?Jika iya, S, terima kasih.Secara tidak langsung kau telah menyadarkan aku.Kadang, ada hal-hal yang harus kita alami sendri agar bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Karma? teguran? entahlah.Aku hanya merasakan kilas balik pengalaman yang sudah-sudah.Membayangkan sedihnya perasaan orang-orang yang pernah kukecewakan, yang tanpa sadar terluka karena ucapan dan perbuatanku.
Allah, maafkanlah aku.
Mungkin ini salah satu caramu menegur sifatku yang kurang baik pada teman-temanku,pada orang-orang di sekitarku.
S,aku tidak marah. kecewa? sedikit.Tapi tidak segitunya sampai-sampai tidak mau berkomunikasi denganmu lagi.Aku tidak mengharapkan kesempurnaan dari seorang sahabat.
Aku tidak butuh itu, S.Yang aku harapkan adalah sahabat yang mau mengingatkanku jika aku salah. Sahabat yang mau menerima segala kekurangan yang ada padaku.Dan sahabat yang bisa kujadikan cerminan untuk memperbaiki diri agar jadi lebih baik.
S, terima kasih.Atas persahabatan kita selama bertahun-tahun.Jangan pernah bosan untuk jadi teman seperjalananku.Saksi perjuanganku di dunia yang fana ini.
S,Terima kasih.Doaku selalu menyertaimu..