Oleh: gust kemal prihadi
Dan di dekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka)
(Qs. Qaaf [50]: 31) Saudaraku yang dirahmati Allah,
Bagi yang pernah menaiki pesawat terbang, mungkin Anda merasakan bahwa awan-awan yang ada di angkasa yang dilewati pesawat itu seolah-olah menghampiri Anda. Padahal nyatanya, Andalah yang menghampiri awan tersebut. Teorinya sederhana, karena pesawat yang Anda tumpangi melesat dengan cepat sekali. Sehingga seolah-olah kumpulan awan yang ada di angkasalah yang mendekati pesawat. Padahal sebaliknya.
Begitu pun dengan ayat di atas. Pada kalimat, “dan di dekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa”, jumhur (kebanyakan) mufassirin berpendapat bahwa bukan surga yang mendekat kepada calon penghuninya, yaitu Kaum Mukminin. Namun, Kaum Mukminin-lah yang mendekati kepada pintu surga. Seolah-olah ada magnet yang menariknya. Hal ini disebabkan karena amalan mereka (Kaum Mukminin) yang banyak, diridhai Allah sehingga ia mendekati pintu surganya dengan begitu cepat dengan amalan-amalan mereka.
Mari mencoba bersama untuk mengulang-ulang membaca ayat yang di atas, renungkan. Tundukkan kepala dalam-dalam, carilah dan bayangkan keindahan surga-Nya. Bacalah dan rasakanlah seolah-olah Allah Ar-Rahman secara langsung sedang menasehati kita; saya dan Anda..
Dikisahkah suatu hari, Abdurrahman bin Auf dikabari oleh Rasulullah saw. Bahwa ia akan masuk surga dengan merangkak. Seketika itu Abdurrahman bin Auf merasa takut dan khawatir mendengar kata “merangkak”. Setelah diberitahu seperti itu, ia lebih banyak mengeluarkan hartanya untuk bersedekah dan berinfak di jalan Allah swt. Seperti yang kita ketahui, beliau adalah salah satu Sahabat Nabi yang kaya raya dan paling banyak bersedekah. Ia menyuplai kuda-kuda gagah nan kuat dalam setiap peperangan.
Saudaraku yang Allah muliakan,
Sepatutnya kita juga seperti itu. Seorang Abdurrahman bin Auf saja yang sudah dijanjikan masuk surga karena sedekah, pengorbanannya terhadap Islam dan ibadahnya yang banyak sekali masih merasa khawatir. Bagaimana dengan kita?? Sebuah pertanyaan yang tidak usah dijawab, namun cukup untuk direnungkan bersama untuk perubahan yang lebih baik dalam ibadah dan kehidupan kita di dunia fana ini untuk menyongsong kehidupan yang lebih kekal-akhirat.
Sungguh, Allah menciptakan makhluk-makhluk salah satunya untuk taat beribadah kepada-Nya (lihat QS. 51: 56). Disadari atau tidak, ternyata waktu yang Allah berikan kepada kita sudah lebih dari cukup kita gunakan untuk banyak beribadah kepada-Nya.Saudaraku, marilah kita bertafakur sekarang…
Tahukah kita bila dalam satu tahun kita dapat melakukan shalat wajib lebih dari 1700 kali? Lalu beberapa banyak shalat-shalat itu, yang kita lakukan dengan khusyuk? Berapa banyak dari shalat-shalat itu yang kita tunaikan di awal waktu, sesuai anjuran Rasulullah SAW? Berapa banyak dari shalat-shalat itu yang kita lakukan dengan berjama’ah di masjid?
Dalam rentang satu tahun, kita dapat melewati lebih dari 50 hari Senin, 50 hari Kamis, 30 kali hari-hari ayyamul bidh atau hari-hari putih selama tiga hari dipertengahan bulan (hijriyyah) yang kita disunnahkan untuk berpuasa. Berapa jauh jarak yang telah kita buat yang bisa menjauhkan antara wajah kita dari api neraka? Karena sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali karena puasanya itu Allah akan menjauhkan antara wajahnya dengan api neraka sepanjang 70 tahun.” (HR. Muslim).
Terpikirkankah oleh kita, bila selama rentang waktu satu tahun, matahari telah terbit mengunjungi kita sebanyak 350 kali? Sementara Rasulullah SAW bersabda, “Setiap persendian manusia harus ditunaikan shadaqah-nya, setiap hari, setiap terbit didalamnya matahari…”
Saudaraku, semoga Allah menghimpun kita dalam surga-Nya…
Apakah kita telah membaca Al-Qur’an dengan tadabbur 12 kali khatam dalam 12 bulan itu? Atau paling minimal 6 kali dalam satu tahun? Jika tidak, mungkin kita patut khawatir termasuk dalam kelompok orang-orang yang dikeluhkan Rasulullah SAW kepada Allah SWT di hari kiamat. Ketika ia berkata, “Ya Rabb, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang dijauhkan…”
Tahukah kita apa yang bisa dilakukan dalam satu menit hidup ini? Kita bisa membaca surat Al-Fatihah minimal 4 kali. Dan artinya kita memperoleh lebih dari 5000 kebaikan. Kita bisa membaca surat Al-Ikhlash 9 kali. Satu surat Al-ikhlash sama dengan sepertiga Al-Qur’an. Kita bisa membaca satu halaman Al-Qur’an atau menghafal satu surat pendek dari Al-Qur’an.
Dan masih banyak amalan-amalan lisan dan perbuatan yang bisa menjadikan ladang pahala. Yang bisa mengantarkan kita kepada ridha Allah, mendekatkan kita kepada surga-Nya dan menjauhkan diri dari panasnya api neraka.
Saudaraku,
Jangan biarkan waktu demi waktu bertambah, tapi tidak membawa kita pada titik surga. Sebab, itulah sesungguhnya akhir perguliran waktu hidup kita. Itulah titik akhir perjalanan waktu. Karena setelahnya, detik, menit, jam, hari, bulan, tahun tidak pernah ada dan tak pernah berarti lagi.
Cita-cita tertinggi seorang mukminin
Saudaraku, semoga Allah memberkahi hidup kita di dunia dan akhirat…
Jika ada seorang anak kecil ditanya, apakah yang ia inginkan? Sebagian besar menjawab menginginkan boneka lucu bagi anak perempuan atau mobil-mobilan untuk anak laki-laki. Jika ada seorang pemuda yang masih lajang ditanya keinginannya, sebagian besar mereka menjawab ingin segera menemukan pasangan hidupnya, mengikatnya dalam sebuah pernikahan. Jika ada seorang pengangguran ditanya, pasti ia menjawab ingin segera mendapatkan pekerjaan.
Lalu, bagaimana jikalau seorang muslim dan mukmin ditanya tentang keinginannya? Sepatutnya-lah ia menjawab bahwa keinginan tertingginya adalah mendapat ridha dan surga Allah. Jadikanlah hal ini sebagai cita-cita tertinggi yang sebenar-benranya cita-cita seorang mukmin.
Ada sebuah simulasi, bahwa kehidupan dan cita-cita di dunia ini dibatasi oleh kotak. Tidak bisa bebas dan tidak bisa lebih tinggi. Setinggi-tingginya keinginan di dunia pasti dibatasi oleh kemampuan dan kematian. Maka, jika keinginan- keinginan di dunia itu berada dalam sebuah kotak, buatlah cita-cita yang melebihi kotak. Bercita-citalah bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini akan mengantarkan kita kepada surganya Allah swt. Jadikanlah kehidupan dunia ini bernilai kehidupan ukhrawi (akhirat).
Meminun air adalah hal biasa dan dibutuhkan oleh setiap orang. Tapi akan menjadi luar biasa di kala kita meminumnya dari air yang halal dan baik. Diawali dengan basmallah, diakhiri dengan hamdalah dan mengingat Allah itu adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Saudaraku, berusahalah untuk mendapatkan surga. Pinanglah surga layaknya seorang pemuda yang akan meminang gadis idamannya yang meminta mahar yang tinggi. Pastilah pemuda tersebut akan memenuhi demi medapatkan sang gadis. Berkorbanlah, belanjakan harta yang kita miliki di jalan Allah swt. Kerahkan kekuatan kita untuk bekerja di jalan Allah, bukakan pikiran-pikiran kita untuk menerima ilmu-ilmu-Nya. Berbuatlah, berlomba-lombalah dalam kebaikan yang dapat mendekatkan kita kepada surga Allah ‘Azza wa Jalla.
“Ya Allah, dekatkan kami kepada ridha dan surga-Mu dan dekatkanlah kami dengan hal-hal yang akan mengantarkan kami kepada surga-Mu. Ya Allah, jauhkan kami dari adzab neraka dan jauhkan kami dari hal-hal yang akan mengantarkan kami kepada neraka.”
Amien, Allahumma amien ya Rabbal ‘aalamiin..
Allahu a’lam bishshowwab.
Dan di dekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka)
(Qs. Qaaf [50]: 31) Saudaraku yang dirahmati Allah,
Bagi yang pernah menaiki pesawat terbang, mungkin Anda merasakan bahwa awan-awan yang ada di angkasa yang dilewati pesawat itu seolah-olah menghampiri Anda. Padahal nyatanya, Andalah yang menghampiri awan tersebut. Teorinya sederhana, karena pesawat yang Anda tumpangi melesat dengan cepat sekali. Sehingga seolah-olah kumpulan awan yang ada di angkasalah yang mendekati pesawat. Padahal sebaliknya.
Begitu pun dengan ayat di atas. Pada kalimat, “dan di dekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa”, jumhur (kebanyakan) mufassirin berpendapat bahwa bukan surga yang mendekat kepada calon penghuninya, yaitu Kaum Mukminin. Namun, Kaum Mukminin-lah yang mendekati kepada pintu surga. Seolah-olah ada magnet yang menariknya. Hal ini disebabkan karena amalan mereka (Kaum Mukminin) yang banyak, diridhai Allah sehingga ia mendekati pintu surganya dengan begitu cepat dengan amalan-amalan mereka.
Mari mencoba bersama untuk mengulang-ulang membaca ayat yang di atas, renungkan. Tundukkan kepala dalam-dalam, carilah dan bayangkan keindahan surga-Nya. Bacalah dan rasakanlah seolah-olah Allah Ar-Rahman secara langsung sedang menasehati kita; saya dan Anda..
Dikisahkah suatu hari, Abdurrahman bin Auf dikabari oleh Rasulullah saw. Bahwa ia akan masuk surga dengan merangkak. Seketika itu Abdurrahman bin Auf merasa takut dan khawatir mendengar kata “merangkak”. Setelah diberitahu seperti itu, ia lebih banyak mengeluarkan hartanya untuk bersedekah dan berinfak di jalan Allah swt. Seperti yang kita ketahui, beliau adalah salah satu Sahabat Nabi yang kaya raya dan paling banyak bersedekah. Ia menyuplai kuda-kuda gagah nan kuat dalam setiap peperangan.
Saudaraku yang Allah muliakan,
Sepatutnya kita juga seperti itu. Seorang Abdurrahman bin Auf saja yang sudah dijanjikan masuk surga karena sedekah, pengorbanannya terhadap Islam dan ibadahnya yang banyak sekali masih merasa khawatir. Bagaimana dengan kita?? Sebuah pertanyaan yang tidak usah dijawab, namun cukup untuk direnungkan bersama untuk perubahan yang lebih baik dalam ibadah dan kehidupan kita di dunia fana ini untuk menyongsong kehidupan yang lebih kekal-akhirat.
Sungguh, Allah menciptakan makhluk-makhluk salah satunya untuk taat beribadah kepada-Nya (lihat QS. 51: 56). Disadari atau tidak, ternyata waktu yang Allah berikan kepada kita sudah lebih dari cukup kita gunakan untuk banyak beribadah kepada-Nya.
Tahukah kita bila dalam satu tahun kita dapat melakukan shalat wajib lebih dari 1700 kali? Lalu beberapa banyak shalat-shalat itu, yang kita lakukan dengan khusyuk? Berapa banyak dari shalat-shalat itu yang kita tunaikan di awal waktu, sesuai anjuran Rasulullah SAW? Berapa banyak dari shalat-shalat itu yang kita lakukan dengan berjama’ah di masjid?
Dalam rentang satu tahun, kita dapat melewati lebih dari 50 hari Senin, 50 hari Kamis, 30 kali hari-hari ayyamul bidh atau hari-hari putih selama tiga hari dipertengahan bulan (hijriyyah) yang kita disunnahkan untuk berpuasa. Berapa jauh jarak yang telah kita buat yang bisa menjauhkan antara wajah kita dari api neraka? Karena sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali karena puasanya itu Allah akan menjauhkan antara wajahnya dengan api neraka sepanjang 70 tahun.” (HR. Muslim).
Terpikirkankah oleh kita, bila selama rentang waktu satu tahun, matahari telah terbit mengunjungi kita sebanyak 350 kali? Sementara Rasulullah SAW bersabda, “Setiap persendian manusia harus ditunaikan shadaqah-nya, setiap hari, setiap terbit didalamnya matahari…”
Saudaraku, semoga Allah menghimpun kita dalam surga-Nya…
Apakah kita telah membaca Al-Qur’an dengan tadabbur 12 kali khatam dalam 12 bulan itu? Atau paling minimal 6 kali dalam satu tahun? Jika tidak, mungkin kita patut khawatir termasuk dalam kelompok orang-orang yang dikeluhkan Rasulullah SAW kepada Allah SWT di hari kiamat. Ketika ia berkata, “Ya Rabb, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang dijauhkan…”
Tahukah kita apa yang bisa dilakukan dalam satu menit hidup ini? Kita bisa membaca surat Al-Fatihah minimal 4 kali. Dan artinya kita memperoleh lebih dari 5000 kebaikan. Kita bisa membaca surat Al-Ikhlash 9 kali. Satu surat Al-ikhlash sama dengan sepertiga Al-Qur’an. Kita bisa membaca satu halaman Al-Qur’an atau menghafal satu surat pendek dari Al-Qur’an.
Dan masih banyak amalan-amalan lisan dan perbuatan yang bisa menjadikan ladang pahala. Yang bisa mengantarkan kita kepada ridha Allah, mendekatkan kita kepada surga-Nya dan menjauhkan diri dari panasnya api neraka.
Saudaraku,
Jangan biarkan waktu demi waktu bertambah, tapi tidak membawa kita pada titik surga. Sebab, itulah sesungguhnya akhir perguliran waktu hidup kita. Itulah titik akhir perjalanan waktu. Karena setelahnya, detik, menit, jam, hari, bulan, tahun tidak pernah ada dan tak pernah berarti lagi.
Cita-cita tertinggi seorang mukminin
Saudaraku, semoga Allah memberkahi hidup kita di dunia dan akhirat…
Jika ada seorang anak kecil ditanya, apakah yang ia inginkan? Sebagian besar menjawab menginginkan boneka lucu bagi anak perempuan atau mobil-mobilan untuk anak laki-laki. Jika ada seorang pemuda yang masih lajang ditanya keinginannya, sebagian besar mereka menjawab ingin segera menemukan pasangan hidupnya, mengikatnya dalam sebuah pernikahan. Jika ada seorang pengangguran ditanya, pasti ia menjawab ingin segera mendapatkan pekerjaan.
Lalu, bagaimana jikalau seorang muslim dan mukmin ditanya tentang keinginannya? Sepatutnya-lah ia menjawab bahwa keinginan tertingginya adalah mendapat ridha dan surga Allah. Jadikanlah hal ini sebagai cita-cita tertinggi yang sebenar-benranya cita-cita seorang mukmin.
Ada sebuah simulasi, bahwa kehidupan dan cita-cita di dunia ini dibatasi oleh kotak. Tidak bisa bebas dan tidak bisa lebih tinggi. Setinggi-tingginya keinginan di dunia pasti dibatasi oleh kemampuan dan kematian. Maka, jika keinginan- keinginan di dunia itu berada dalam sebuah kotak, buatlah cita-cita yang melebihi kotak. Bercita-citalah bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini akan mengantarkan kita kepada surganya Allah swt. Jadikanlah kehidupan dunia ini bernilai kehidupan ukhrawi (akhirat).
Meminun air adalah hal biasa dan dibutuhkan oleh setiap orang. Tapi akan menjadi luar biasa di kala kita meminumnya dari air yang halal dan baik. Diawali dengan basmallah, diakhiri dengan hamdalah dan mengingat Allah itu adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Saudaraku, berusahalah untuk mendapatkan surga. Pinanglah surga layaknya seorang pemuda yang akan meminang gadis idamannya yang meminta mahar yang tinggi. Pastilah pemuda tersebut akan memenuhi demi medapatkan sang gadis. Berkorbanlah, belanjakan harta yang kita miliki di jalan Allah swt. Kerahkan kekuatan kita untuk bekerja di jalan Allah, bukakan pikiran-pikiran kita untuk menerima ilmu-ilmu-Nya. Berbuatlah, berlomba-lombalah dalam kebaikan yang dapat mendekatkan kita kepada surga Allah ‘Azza wa Jalla.
“Ya Allah, dekatkan kami kepada ridha dan surga-Mu dan dekatkanlah kami dengan hal-hal yang akan mengantarkan kami kepada surga-Mu. Ya Allah, jauhkan kami dari adzab neraka dan jauhkan kami dari hal-hal yang akan mengantarkan kami kepada neraka.”
Amien, Allahumma amien ya Rabbal ‘aalamiin..
Allahu a’lam bishshowwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar