oleh : Muhammad Jamhuri Lc.
Suatu hari Khalifah Umar bin Abdul Aziz memanggil salah satu Gubernurnya di Malta, Ja'unah bin Harits. Ketika itu, peperangan baru saja dimenangkan. Berbagai hasil rampasan perang dibawa serta menghadap Umar bin Abdul Aziz."Apakah ada korban dari pihak kaum Muslimin?" tanya sang Khalifah. Jau'nah menjawab,"Tidak ada, kecuali hanya seorang lelaki biasa."Tak disangka, seketika Umar bin Abdul Aziz marah besar mendengar jawaban Ja'unah."Apa katamu, hanya seorang lelaki biasa?" kata Umar dengan nada tinggi."HANYA SEORANG LELAKI BIASA?" Umar mengulangi kata-katanya.Umar menambahkan, "kamu datang ke sini membawa kambing, sapi, lalu seorang muslim gugur kamu bilang hanya seorang lelaki biasa? Sungguh kamu tidak akan menjadi pejabatku, tidak juga keluargamu, selama aku masih hidup.Kemarahan Umar begitu dahsyat. Gubernur yang sukses dalam mengemban tugas itu dipecat. Selamanya ia tidak akan menjadi pejabat di jaman Umar bin Abdul Aziz. Bahkan juga keluarganya, tak akan ada yang diberi jabatan. Kemarahan itu bukanlah karena seorang yang mati syahid. Namun lebih disebabkan oleh sikap sang Gubernur yang dengan gegabah merendahkan rakyatnya.
Suatu hari Khalifah Umar bin Abdul Aziz memanggil salah satu Gubernurnya di Malta, Ja'unah bin Harits. Ketika itu, peperangan baru saja dimenangkan. Berbagai hasil rampasan perang dibawa serta menghadap Umar bin Abdul Aziz."Apakah ada korban dari pihak kaum Muslimin?" tanya sang Khalifah. Jau'nah menjawab,"Tidak ada, kecuali hanya seorang lelaki biasa."Tak disangka, seketika Umar bin Abdul Aziz marah besar mendengar jawaban Ja'unah."Apa katamu, hanya seorang lelaki biasa?" kata Umar dengan nada tinggi."HANYA SEORANG LELAKI BIASA?" Umar mengulangi kata-katanya.Umar menambahkan, "kamu datang ke sini membawa kambing, sapi, lalu seorang muslim gugur kamu bilang hanya seorang lelaki biasa? Sungguh kamu tidak akan menjadi pejabatku, tidak juga keluargamu, selama aku masih hidup.Kemarahan Umar begitu dahsyat. Gubernur yang sukses dalam mengemban tugas itu dipecat. Selamanya ia tidak akan menjadi pejabat di jaman Umar bin Abdul Aziz. Bahkan juga keluarganya, tak akan ada yang diberi jabatan. Kemarahan itu bukanlah karena seorang yang mati syahid. Namun lebih disebabkan oleh sikap sang Gubernur yang dengan gegabah merendahkan rakyatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar