Jumat, 15 April 2011

Melepas Amarah Menjadi Doa


Oleh Mamah Hikmatussa'adah
Kota tercintaku pagi ini diliputi kesejukan. Setelah semalam diguyur hujan, meski awan menampakan kekuatannya namu sang bayu mendampingi dengan setia. Sehingga rasa panas itu berubah menjadi sejuk.
Seperti biasa, rutinitasku dari hari ke hari adalah sama. Jikalau pun ada yang berubah, itu memang sudah kehendak dari Nya. Seperti hari ini, di ruang kerjaku. Saat ku duduk di depan laptopku sembari menyelesaikan tugas yang harus ku print, aku menangkap raut sedih milik seseorang. Rupanya sahabatku itu sedang dirundung masalah.
Iseng aku bertanya “kenapa dirimu? Kok tidak bersemangat.”
“Iya mbak, lagi jengkel.” Ujarnya ketus.
“Jengkel kenapa?” tanyaku penasaran.
“Aku jengkel mbak karena orang-orang di sekitarku menilai akulah penyebab terjadinya berita ini menyebar!” tambahnya dengan nada kesal.
“Sabar ya, mungkin karena mereka tidak tahu posisimu yang sebenarnya dalam situasi ini, jadi mereka begitu.” Tambahku menenangkan.
“Iya mbak. Semoga cepat mereda berita ini.” Ujarnya lirih.
***
Terkadang tanpa kita sadari, perasaan bernama prasangka itu selalu ada dalam diri kita. Sifat baik atau buruk prasangka itu hanya kita yang bisa membedakannya. Kejadian yang menimpa sahabatku ini hanya segelintir kejadian kecil yang bisa menimpa siapa pun akibat prasangka kita. Aku semakin tersadar, dari organ tubuh bernama hati terlahir sebuah prasangka, entah baik atau buruk. Kemudian hati akan bekerja sama dengan si mungil lisan, yang akan menyampaikan prasangka itu kepada banyak pihak, entah pihak yang berkepentingan atau tidak.
Astaghfirulloh.
Adakah hal yang lebih baik dari sikap diam. Aku merasa diam memang emas. Jika posisi kita adalah orang yang tidak tahu apa-apa tentang hal yang terjadi di sekitar kita. Atau jika kita punya nyali besar, lebih baik tanyakanlah langsung kepada si empunya yang bersangkutan. Agar tidak timbul masalah lain di luar hal tersebut.
Dan akhirnya aku pun menyarankan pada diri ini untuk bisa menjaga hati dan lisan lebih kuat lagi. Serta belajar melepas amarah menjadi doa. Berdoa semoga Alloh mengampuni segala dosa yang telah diperbuat saudara-saudara kita, berdoa memohon kebaikan untuk mereka seperti Rasulullah SAW yang selalu mencontohkan demikian. Berdoa pula agar aku bisa melewati setiap titian ujianNya yang panjang dan penuh liku ini untuk sampai di surgaNya kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar