Senin, 30 Mei 2011

Menyemai Biji-Biji Kebajikan

Oleh Fathelvi Mudaris

Pagi ini, aku melaksanakan gotong royong kecil-kecilan di pekarangan dan membersihkan kebun bersama ibuku tercinta. Menghabiskan akhir pekan ini dengan sebuah cangkul, sebatang sapu lidi dan sebuah gunting tanaman sambil tertawa dan bercerita dengan berbagai tema.
Ketika ayunan ringan si cangkul sampai pada segerombol tanaman bunga baru yang begitu banyak, mendadak aku dibuat takjub. Ada begitu banyak batang yang tumbuh di sana dengan tinggi rata-rata 10 cm. Masya Allah, kenapa selama ini luput oleh perhatianku? Batinku.
Dahulu, tanaman bunga itu hanya satu atau dua batang saja. Bunga itu sudah mekar dan menjulang tinggi. Warnanya ungu tua dan sangat cantik. Setelah ia meranggas dan mati, rupanya ia meninggalkan begitu banyak bibit. Ya, bahkan setelah ia tercerabut dari tanah dan menjadi lapuk bersama bakteri, bersamaan dengan itu pula, bertumbuh begitu banyaaak bunga-bunga lainnya. Sepeninggalnya.
Lama kuperhatikan tanaman itu. Hingga sebingkai senyum kuulas untuk sebuah pelajaran berharga yang diajarkan oleh sang bunga itu kepadaku. Ya, bunga itu dan segenap kejadian alam telah memberikan banyak pelajaran pada kita. Dari sang bunga, aku memetik sebuah hikmah, ibroh dan pelajarn berharga.
Bunga itu mengajarkan soal menebarkan kebaikan dan memberikan kemanfaatan pada banyak orang. Lihatlah, satu atau dua batang saja, lalu setelah ia meninggalkan begitu banyak biji-bijinya, bertumbuhanlah begitu banyak bunga sejenis. Masya Allah…. Barang kali, begitu pula halnya dengan kebaikan yang kita semaikan biji-bijinya. Mungkin, ketika pertama kali, hanya kita atau mungkin satu dua orang saja. Akan tetapi, ketika kita terus menyebarkan biji-biji kebaikan dan senantiasa mengajak pada kebaikan, masya Allah… setelah kita, di sekeliling kita, bertumbuhanlah kebajikan yang banyak. Bahkan, setelah kita sudah tak lagi berada di atas bumi ini.
Untuk ini, Allah memberikan ganjaran yang tidak tanggung-tanggung. Nilai kebajikan yang sama seperti orang yang melaksanakan kebajikan itu, tanpa mengurangi pahala mereka. Jika kita semaikan ajakan dan biji kebajikan itu dan diikuti oleh banyak orang, maka sungguh, ia akan menjadi investasi yang Allah ganjar dengan nilai pahala yang banyak. Sebanyak orang yang melakukannya tanpa mengurangi sedikitpun bagian investasi mereka. Masya Allah…
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshary Al Badry ra. Berkata, Rasulullah SAW bersabda,“Barang siapa yang member petunjuk kepada kebaikan maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. Bahwasannya Rasulullaah SAW bersabda, “Barang siapa yang mengajak pada petunjuk/kebenaran maka ia mendapat pahala seperti pahala-pahala orang yang mengerjakannya dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia mendapat dosa seperti dosa-dosa orang yang mengerjakannya dengan tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)
Dan ternyata, ini berlaku juga untuk biji-biji kejahatan dan keburukkan. Ketika ajakan kepada kesesatan membuat biji-biji kesesatan itu bersemai di sekeliling kita, maka, kita pun menabung investasi dosa. Astaghfirullaah…Na’udzubillaah tsumma na’udzubillah…
Wahai diriku, juga dirimu… Semoga ini menjadi pengingat bagi diri kita semua untuk senantiasa MELAKSANAKAN dan juga sekaligus menyemaikan biji-biji kebajikan di sekeliling kita. Agar yang bertumbuh adalah pohon-pohon kebaikan, bukan pohon-pohon kemungkaran. Jangan pernah remehkan ajakan sederhana baik itu kebajikan maupun keburukan. Karena, boleh jadi, biji-biji kebajikan yang kita kira sederhana itulah yang akan membuat bertumbuhnya banyak kebajikan yang sama di sekeliling kita. Pun begitu halnya dengan biji keburukan. Jangan remehkan biji-biji keburukan sekecil apapun itu, karena boleh jadi saja, biji-biji itu akan bertumbuh pula yang akan menjadi ‘investasi dosa’ bagi kita, Karena pada kitalah bermulanya…
Astaghfirullaah lii walakum…
Mari saling berlomba untuk menyemai biji-biji kebajikan…
Mari saling mengingatkan ketika diri kita atau saudara kita tergelincir…
Alhaqqu min rabbik…falaa takunanna minal mumtariin…
eramuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar