Selasa, 21 Juni 2011

Sahabatku = Aku


Oleh Mamah Hikmatussa'adah
“Mba, mba merasa nggak kalau akhir-akhir ini aku berubah?” Tanya sahabatku serius.
“Masa sih, kok aku nggak merasakannya ya.” Jawabku cuek.
“Iya mba, aku pun nggak tau kenapa aku akhir-akhir ini merasa menjadi lebih kasar. Ucapanku, tingkah lakuku. Ah, seperti bukan diriku. Masa mba nggak ngerasa sih?”tanyanya lagi dengan nada keheranan.
Aku tersenyum. “Ya, mungkin aku kurang peka dengan perubahan yang terjadi pada dirimu. Maaf ya.” Kami pun terdiam. Kembali menekuni aktifitas masing-masing.
Tergelitik rasanya ingin mengetahui apa yang menyebabkan sahabatku itu berubah menjadi “kasar” seperti yang ia ungkapkan beberapa waktu lalu. Akhirnya aku pun diam-diam mengamati tingkah lakunya.
“Kini aku tahu penyebab kenapa kamu berubah.” Ucapku tiba-tiba di suatu sore.
“Kenapa Mba?” ia balik bertanya. Ia yang sedari tadi tengah asyik membaca mushaf Al Qur’an merah marun itu kini mengangkat wajahnya dan menatapku.
“Mungkin faktor penyebabnya adalah teman-temanmu. Terus terang, beberapa hari ini aku mengamati tingkah lakumu, tapi aku pun diam-diam mengamati siapa saja teman-temanmu, kepada siapa saja kamu berinteraksi, karena merekalah orang terdekat yang ada di sekitarmu.” Jelasku bersemangat.
Ia pun akhirnya menutup mushafnya dan kembali bertanya “Begitukah menurut pengamatan Mba?”
“Iya itu kan pendapatku. Karena aku pernah mendengar sebuah ungkapan, jika kau ingin tahu seperti apa perangainya maka lihatlah siapa sahabatnya. Jika ia berteman dengan penjual minyak wangi, maka ia akan terbawa harum. Begitu pula sebaiknya, jika ia berteman dengan penjual minyak tanah, maka ia akan terbawa baunya.” Terangku.
“Apa yang Mba sampaikan tadi benar. Aku akhir-akhir ini merasa berubah menjadi kasar karena aku sering mendengar para sahabatku mengatakan kata-kata yang kasar, bercanda mereka kasar, tak mencerminkan sikap seorang muslim yang baik. Mereka pun sedikit sekali yang mengingat Alloh. Parahnya, aku ada dalam bagian itu. Aku menjadi terbawa seperti mereka Mba. Astaghfirulloh.” Akunya dengan penuh penyesalan.
***
Terkadang tanpa kita sadari, tingkah laku kita bisa berubah ke luar jalur dari yang kita harapkan bisa diakibatkan oleh seorang sahabat. Mereka bisa memberikan manfaat ataupun sebaliknya. Memilih sahabat dalam keseharian kita sangatlah penting. Seorang sahabat itu hendaknya selalu membawa kita untuk lebih mendekati Alloh. Kita pun sebagai sahabatnya senantiasa menjadi cermin bagi orang lain yang berada dekat dengan kita. Karena bisa jadi, sahabat kita sedang diamatai geraknya oleh orang lain. Bukankah indah apabila seorang sahabat saling menjaga, menasehati dan mengingatkan dalam kebaikan?
Teringat lirik lagu yang disenandungkan oleh Opick, berkumpullah dengan orang-orang sholeh. Ya, saat berkumpul dengan orang sholeh tadi insya Alloh bisa menjadi obat hati bagi kita semua. Karena bahagia bila memiliki sahabat yang mengajak kita untuk lebih mendekati Alloh, bukan sebaliknya.
Semoga kita bisa lebih selektif dalam bergaul. Karena kelak semua perbuatan kita itu akan diminta pertanggung jawabannya oleh Alloh. Semoga kita pun bisa menjadi cermin bagi sahabat kita. Terus memperbaiki kualitas keimanan kita, agar orang-orang di sekitar kita bisa terbawa harum karena akhlakul karimah kita, insya Alloh.
Wallohu’alam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar