Sabtu, 01 Oktober 2011

Air Mata Fadhil



http://abangaboe.files.wordpress.com/2009/05/anak-menangis.jpg
Siang itu aku baru saja menyelesaikan sholat Dzuhur berjama’ah di Masjid Baabut Taubat di komplek Pendidikan Islam Al-Azhar Kemang Pratama. Lega dan senang rasanya hati ini usai bersua dengan Rabb-ku yang terkasih. Kulepaskan semua beban hidup ini pada saat bertemu dengan-Nya dan seusainya maka terasa ringan sekali hidupku. Terasa rehat yang paling menyenangkan adalah sholat, yang mengembalikan semua semangat untuk terus hidup dan istiqomah di jalan-Nya. Apalagi bagi seorang aku yang mengajar anak-anak sekolah dasar kelas 1 dan 2. Hal itu merupakan pengalaman yang baru bagiku. Menghadapi tingkah polah mereka yang beraneka ragam, ada yang baik, ada yang pintar, ada yang nakal, dan tak lupa ada juga yang selalu sulit untuk dikendalikan. Bagiku ini adalah perubahan terbesar dalam hidup. Ya, dari mulanya aku mengajar anak-anak SMA maka sekarang berubah drastis mengajar anak-anak SD. Tapi nikmat apapun yang diberikan oleh Allah, tak lupa selalu kusyukuri.
Usai aku mendoakan murid-muridku agar selalu diberikan jalan yang lurus, bergegas aku beranjak menuju ke ruang guru. Kupakai sendalku dan berjalan seperti biasanya. Tiba-tiba mataku tertuju pada kerumunan anak-anak kelas 4 yang baru saja selesai sholat jama’ah di masjid. Mereka sedang mengerumuni seorang murid yang sedang menangis.
“ Aku ga mau sholat….aku ga mau sholat….” suara anak itu terdengar di antara tangisnya. Beberapa orang temannya berusaha untuk menenangkan dan membujuknya. Beberapa mata orang tua murid yang sedang menjemput anaknya menatapinya.
Aku sebagai satu-satunya guru yang kebetulan ada di situ langsung mendekati anak yang sedang menangis itu. Dia Fadhil, anak kelas 4 yang mudah sekali menangis bila diledek oleh teman-temannya.
“ Kenapa nak?” tanyaku bersahabat.
“ Dia ga mau sholat Pak!” terang salah seorang anak yang mencoba menenangkannya.
“ Kenapa memangnya?” tanyaku lagi.
Tanpa sempat temannya menjawab Fadhil berkata dalam tangisnya.
“ Aku ga mau sholat sendiri…aku gak mau sholat sendiri…aku mau sholat bersama teman-teman…aku mau berjama’ah…Aku ga mau sholat sendiri….” teriaknya dalam isak tangis.
Masya Allah! Aku terperanjat. Seorang anak kelas 4 SD ini begitu inginnya sholat berjama’ah. Subhanallah….Aku merinding sendiri.
Sungguh, aku tak bisa berkata apa-apa lagi selain membujuk teman-teman Fadhil untuk menemaninya sholat. Lalu setelah Fadhil berhasil dibujuk, aku berjalan kembali menuju ruang guru.
Dalam perjalananan dengan jarak sejauh 10 meter itu aku tak henti-henti merasa tertegur dengan air mata yang ditumpahkan oleh Fadhil. Betapa menyesalnya dia tidak sholat bersama teman-temannya sampai harus menumpahkan air mata. Serasa ada sebuah palu godam yang memukul belakang kepalaku. Menyadari diriku bahwa terkadang betapa mudahnya aku menyepelekan sholat berjama’ah. Bila sedang ada pekerjaan yang tanggung untuk diselesaikan aku langsung berkompromi dengan hatiku untuk menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu ketimbang menepati sholat pada waktunya. Betapa terkadang kompromi itu datang setiap waktu bertepatan dengan adzan dikumandangkan. Saat baru pulang dari sekolah, lalu berkumandang suara adzan Maghrib maka akan ada excuse untuk istirahat terlebih dahulu ketimbang sholat maghrib di masjid tepat waktu dan berjama’ah. Ketika perut ini lapar, aku senantiasa untuk mengutamakan kepentingan perut ini. Ah, betapa banyak kompromi dan excuse yang sering aku lakukan dan mengakibatkan aku jarang untuk sholat berjama’ah di masjid.
Teringatlah aku akan kisah di zaman Rasululloh SAW, tentang pemuda yang tidak sholat berjamaa’ah di masjid, maka Rasululloh memerintahkan untuk membakar rumah pemuda itu. Lalu teringat pula aku akan dialog Rasululloh SAW dengan Ummi Maktum tentang sholat berjamaa’ah.
“ Ya Rasululloh adakah kemudahan bagiku untuk tidak sholat di Masjid?” ujar Ummi Maktum seorang yang buta matanya.
“ Wahai Ummi Maktum, apakah panggilan adzan masih terdengar olehmu?” tanya Rasululloh SAW dengan penuh kasih.
“ Masih Ya Rasululloh,” jawab Ummi Maktum.
“ Maka selama kau masih bisa mendengar suara adzan, maka wajiblah bagimu untuk sholat berjama’ah di masjid itu,” senyum Rasululloh mengembang.
Teringat pula aku akan kisah seorang sahabat (aku lupa namanya) yang ketinggalan sholat subuh, sehingga dia sholat secara munfarid. Maka malamnya dia bermimpi sedang menunggang kuda sambil mengejar rombongan orang yang ada di depannya. Esoknya dia menanyakan mimpi itu pada Rasululloh. Beliau SAW menjawab :
“ Itu artinya bahwa seberapa banyak sholat yang kau kerjakan secara sendiri sungguh tak akan dapat menandingi keutamaan sholat berjama’ah,” senyum wajah Sang Purnama itu mengembang kembali.
Ya Allah…..Astaghfirulloh….Air mata seorang murid kelas 4 SD itu kembali mengingatkanku akan satu makna keutamanan sholat berjama’ah. Begitu rindu hatiku untuk senantiasa sholat berjama’ah di masjid saat aku dulu masih aktif di Rohis. Maka ku-azzamkan diriku untuk kembali ke rumah teduh itu, kembali ke masjid untuk melaksanakan sholat berjama’ah. Sebuah aktivitas yang kau bisa dapatkan pahala 27 derajat. Sebuah aktivitas yang sungguh akan membuat hati kita tenang dan menghilangkan segala gundah. Terima kasih Fadhil, atas air mata mu nak yang mengingatkan diriku untuk kembali ke masjid dan sholat berjama’ah.
Ya Allah…..bantu hamba untuk senantiasa sholat bertjama’ah di rumah-Mu yang tenang dan penuh kedamaian. Mari semua, kita budayakan sholat berjama’ah di Masjid. Agar kita tak malu pada Fadhil, yang menangis hanya demi sholat berjama’ah. Apalagi kita kita seorang aktivis dakwah, sudah sepantasnya untuk selalu sholat di masjid berjama’ah. Ayo kembali ke masjid, ayo sholat berjama’ah.
Saat langkah tersendat di kehidupan
Letih karna debu kealpaan
Wajah tak lagi pancarkan keimanan
Tertatih tiada tujuan
Lembar demi lembar hari kulewati
Namun ketenangannya tiada pasti
Mencari kini tempat yang mencukupi
Tuk susun langkah yang lebih pasti
Reff:
Kembali ke masjid teduhkan hatimu
Basuhlah jiwa yang lusuh karena debu
Kembali ke masjid segarkan jiwamu
Sujudlah tawadhu di hadapan Robb-mu
Kembali ke masjid teduhkan hatimu
Basuhlah jiwa yang lusuh karena debu
Kembali ke masjid segarkan jiwamu
Tercurah hanya tuk keridhoan Robb-mu
(Nuansa)
Bekasi, 21 Desember 2009, 14.18 am
Yasser AS
At Lab komputer SDI Al-Azhar 9 KP
Sungguh Ya Allah aku rindu akan masa-masa dulu.
Andai Kau mewujudkannya kembali untukku….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar