Minggu, 27 Mei 2012

Calon Raja

Dahulu kala, ada seorang raja di daerah Timur yang sudah tua. Ia menyadari bahwa sudah dekat saatnya ia mencari pewaris kerajaannya. Ia tidak mewariskan kerajaannya itu kepada salah satu dari bawahannya ataupun anaknya, tetapi ia memutuskan untuk melakukan sesuatu hal yang berbeda.


Ia memanggil seluruh anak muda di seluruh kerajaannya. Ia berkata, "Sudah saatnya bagiku untuk mengundurkan diri dan memilih raja yang baru. Aku memutuskan untuk memilih salah satu di antara kalian."


Anak-anak muda itu terkejut! Tetapi raja melanjutkan,"Aku akan memberikan kalian masing-masing satu bibit hari ini. Satu bibit saja. Bibit ini sangat istimewa. Aku ingin kalian pulang, menanamnya, merawatnya dan kembali ke sini lagi tepat 1 tahun dari hari ini dengan membawa hasil dari bibit yang kuberikan hari ini. Kemudian aku akan menilai hasil yang kalian bawa, dan seseorang yang aku pilih akan menjadi raja negeri ini!"


Ada seorang anak muda yang bernama Ling yang berada di sana pada hari itu dan ia, seperti yang lainnya, menerima bibit itu. Ia pulang ke rumah dan dengan antusias memberitahu ibunya tentang apa yang terjadi. Ibunya membantu Ling menyediakan pot dan tanah untuk bercocok tanam, dan Ling menanam bibit itu kemudian menyiraminya dengan hati-hati.


Setiap hari ia selalu menyirami, merawat bibit itu, dan mengamati apakah bibit itu tumbuh. Setelah beberapa minggu, beberapa dari anak muda itu mulai membicarakan mengenai bibit mereka dan tanaman yang telah mulai tumbuh. Ling pulang ke rumah dan memeriksa bibitnya, tetapi tidak ada hasilnya.


Tiga minggu, 4, 5 minggu berlalu. Tetap tidak ada hasilnya. Sekarang ini, para anak muda memperbincangkan tentang tanaman mereka, tetapi bibit Ling tetap belum tumbuh, dan ia mulai merasa seperti pecundang. Enam bulan berlalu, tetap belum tumbuh juga. Ia berpikir bahwa ia telah membunuh bibit itu. Setiap orang memiliki pohon dan tanaman yang tinggi, tetapi ia tidak memiliki apa-apa. Ling tidak berkata apa-apa kepada temannya. Ia tetap menunggu bibitnya tumbuh.


Satu tahun berlalu sudah dan semua anak muda di seluruh kerajaan membawa tanaman mereka kepada raja untuk dinilai. Ling putus asa dan tidak ingin pergi dengan membawa pot yang kosong. Tetapi ibunya memberinya semangat untuk pergi dan membawa potnya.


Ling harus jujur mengenai apa yang terjadi dengan bibit itu,saran ibunya. Ling sadar bahwa saran ibunya benar. Dan ia pergi ke istana dengan membawa pot yang kosong. Ketika Ling tiba, ia kagum melihat berbagai macam tanaman yang dibawa oleh teman-temannya yang lain. Semuanya indah, dalam ukuran dan bentuk. Ling meletakkan pot yang kosong itu ke lantai dan banyak orang menertawainya. Beberapa merasa kasihan kepadanya.


Ketika raja datang, ia mengamati ruangan itu dan menyalami rakyatnya. Ling berusaha untuk bersembunyi di bagian belakang. "Wah, betapa indahnya tanaman, pohon, bunga yang kalian bawa," kata raja. "Hari ini, salah seorang dari kalian akan ditunjuk menjadi raja selanjutnya!" Seketika, sang raja melihat Ling di belakang ruangan dengan potnya yang kosong. Ia memerintahkan pengawalnya untuk membawa Ling ke depan.


Ling sangat ketakutan. "Sang raja tahu aku seorang pecundang! Mungkin ia akan memerintahkan aku untuk dihukum!" Ketika Ling tiba di depan, sang raja menanyakan namanya. "Namaku Ling," jawab Ling. Semua orang menertawakannya.


Sang raja menenangkan situasi itu. Ia melihat Ling, dan kemudian mengumumkan ke seluruh kerajaan, "Lihatlah, ini raja kalian yang baru! Namanya adalah Ling!" Ling tidak mempercayai apa yang barusan dikatakan raja. Ia bahkan tidak bisa membuat bibit itu tumbuh, mengapa ia bisa menjadi raja yang baru?


Kemudian sang raja berkata, "Satu tahun lalu, aku memberikan setiap orang sebuah bibit. Dan kukatakan kepada kalian untuk mengambilnya, menanamnya, dan merawatnya, kemudian membawanya kembali kepadaku hari ini. Tetapi aku memberikan kalian bibit yang sudah direbus sehingga tidak akan bisa tumbuh. Kalian semuanya, kecuali Ling, membawakanku pohon, tanaman, bunga. Ketika kalian menyadari bahwa bibit itu tidak bisa tumbuh, kalian menukarkan dengan bibit lain. Hanya Ling yang memiliki keberanian dan kejujuran untuk membawakanku sebuah pot kosong dengan bibitku di dalamnya. Maka demikian, ia yang akan menjadi raja yang baru."

SEPENGGAL KISAH HARU SEORANG IBU



Seorang ibu mengintip dari celah pintu di dekat dapur. Mencoba menahan air matanya yang sudah terkumpul di matanya yang sudah mulai keriput. Hatinya sakit, setetes air mata yang ia tahanpun akhirnya jatuh membasahi pipi. Ia terharu melihat keberhasilan anaknya, yang baru saja naik pangkat di Perusahaan tempat anaknya bekerja. Tapi layaknya seorang ibu, ia seharusnya berada di samping anaknya untuk ikut merasakan kebahagiaan.


Dalam hati Ia membatin, 'Selamat yaa Nak... Ibu juga bahagia jika melihat kau bahagia."


Sebuah kalimat yang tulus dari lubuk hati paling dalam dari seorang Ibu. Air matanya menyiratkan kebahagiaan, tapi miris melihat kenyataan yang ada. Tiba-tiba ia teringat perkataan anaknya.


"Pokoknya, kalau teman-teman dan atasanku datang, Ibu tidak boleh ikut merayakan bersama kami di ruangan itu dan jangan pernah bertemu dengan teman atau atasanku." kata anaknya dengan lantang.


"Aku tidak mau mereka tahu kalau aku punya ibu dengan satu mata dan penyakitan. Jadi Ibu lebih baik di dapur saja yaa." Anaknya mengucapkan kata-kata itu dengan enteng, tanpa memikirkan perasaan ibunya.


"Iya Nak."Sebuah jawaban yang begitu tulus dari mulut seorang ibu.


Anaknya yang lupa diri itu menikmati semua masakan bersama teman-temannya, semua makanan disiapkan oleh ibunya.


Kemudian salah satu atasannya bertanya, "masakan siapa ini ? enak sekali."


"Itu masakan Ibu saya, Pak." jawab si anak itu.


"Wah,masakannya enak sekali. Sampaikan salamku untuk Ibumu ya, katakan padanya bahwa saya menyukai masakannya yang lezat ini." tutur atasannya terkagum-kagum.


"Baik pak!" jawab anak muda itu.


Beberapa waktu kemudian, si anak itu kembali naik jabatan, untuk merayakannya ia kembali mengadakan acara makan-makan di rumah bersama teman-teman dan atasannya. Dan seperti sebelumnya, sang Ibu hanya ikut merayakan keberhasilan anaknya itu di dapur dan bersedih.


Teman-teman dan atasan si anak muda itu sangat menikmati masakan lezat sang Ibu. Masakan yang benar-benar lezat.


Kemudian atasannya berkata, "pasti ini masakan ibumu, kan?"


"Iya, Pak."


"Di mana beliau sekarang ?"


Sang anak kebingungan menjawab pertanyaan atasannya itu, ia mencoba mencari alasan agar mereka tidak tahu keadaan Ibunya.Tapi tiba-tiba atasannya melihat seorang ibu-ibu tua berada di dapur.


Iapun segera menghampiri ibu itu dan berkata, "Ibu yang memasak semua masakan ini,kan?"


Ibu itu sedikit ragu dan menjawab, "ii.iii...iiya, Pak."


"Wah masakan Ibu enak sekali. Saya sangat menikmatinya.Tapi mengapa Ibu tidak ikut makan bersama kami?"


Pertanyaan atasan anak ibu itu membuat sang ibu terdiam. Tiba-tiba si anak menghampiri Ibunya itu dengan menyeret ibunya ke belakang.


"Kan aku sudah bilang, Ibu tidak boleh bertemu dengan atasan atau teman-temanku. Aku malu!" si anak sangat marah.


"Maafkan Ibu, Nak" Ibu itu mencoba meminta maaf kepada anaknya.


Lalu anak itu berkata, "cukup Bu !!! mulai sekarang Ibu tidak boleh tinggal bersamaku lagi."


Sambil menangis, Ibu itu terus meminta maaf kepada anaknya. Tapi anak itu seperti berusaha tidak memperdulikan ibunya.


Pada akhirnya, anak muda tersebut membelikan sebuah rumah kecil untuk ditinggali ibunya. Hal itu ia lakukan agar tak ada yang tahu keadaan ibunya. Kasihan sekali ibunya, sudah sakit-sakitan dan dicampakan anaknya.


Kemudian sang anak kembali naik jabatan, kali ini adalah jabatan tertinggi. Sebuah acara yang lebih besar telah ia persiapkan. Tanpa Ibunya untuk menyiapkan hidangan seperti biasanya. Ibunya mengetahui kabar suka cita itu dan si ibu menitipkan sebuah surat kepada seseorang untuk di berikan kepada anaknya.


Dalam surat itu tertulis :


Untuk Anakku tersayang, ..
Selamat atas keberhasilanmu, Nak... Ibu sangat bahagia. Maaf Ibu tidak bisa datang, karena Ibu tahu kamu tidak menginginkan kedatangan Ibu. Ibu tahu kamu malu dengan keadaan Ibu, seorang Ibu yang hanya punya satu mata dan penyakitan pula.


Tapi perlu kamu ketahui Nak! salah satu mata ini kuberikan padamu, ketika kamu mengalami kecelakaan waktu kecil. Ibu rela Nak..Ibu rela..Asalkan kamu bahagia.


Buat teman-teman,jangan pernah Sia-siakan Ibu kalian. Kalian mungkin tidak pernah tahu seberapa besar pengorbanan seorang ibu untuk kita. Ibu akan melakukan apapun bahkan mengorbankan harta serta nyawa demi kebahagiaan kita.
Subhanallah


Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ....

BERAPA SIH GAJI ABI



"Kok, belum tidur?" sapa ahmad sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang abi menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu abi pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji abi?"


"Lho, tumben, kok nanya gaji abi? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari abi bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji abi dalam satu bulan berapa, hayo?"


Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara abi-nya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika ahmad beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya. "Kalau satu hari abi dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam abi digaji Rp 40.000,- dong," katanya.


"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah ahmad. Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan abi-nya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "abi, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? abi capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."
"Tapi, abi..."
Kesabaran ahmad habis. "abi bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron.


Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, ahmad nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, ahmad berkata, "Maafkan abi, nak. abi sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun abi kasih."


"abi, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."
"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya ahmad lembut.
"Aku menunggu abi dari jam 8. Aku mau ajak abi main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu abi itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu abi. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena abi bilang satu jam abi dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari abi," kata Imron polos.


Ahmad terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.