Senin, 22 Agustus 2011

Bercermin Dari Sahabat Sendiri

Oleh Eza Indahsari

Kita pasti pernah dikecewakan orang lain. Mengecewakan orang lain juga. Tidak ada manusia yang sempurna diatas dunia ini. Tapi tetap saja saat orang lain mengecewakan kita sedih rasanya. Apalagi jika orang itu adalah sahabat sendiri, tempat berbagi suka dan duka, yang ikatannya melebihi saudara, yang sudah tahu baik dan buruknya masing-masing.

Sebut saja sahabatku S.

S, aku tidak marah. Sungguh,aku tidak marah padamu.Hari pertama kau mengecewakanku, aku memang sedikit sedih. Padahal kau yang berjanji duluan. Padahal harapanku besar tergantung padamu. Tapi tiba-tiba saja kau bilang tidak bisa menemaniku. Alasannya, kau lelah. Ingin seharian di Rumah.

S, aku mengerti. Walaupun hati ini sedikit terluka. Awalnya aku ingin memarahimu. Bukankah kau yang dulu berjanji padaku, mengapa sekarang ingkar?Tapi, S, siapalah aku ini. Tak berhak main hakim sendiri. Aku mencoba memosisikan diri sebagai dirimu.

Ya, mungkin kau capek. Aku tau kesibukanmu. Aku tau lelahnya dirimu beraktivitas.Dan tiba-tiba aku merasa akulah yang egois. Memaksamu menemaniku. Aku bukan anak kecil lagi yang menangis dan merajuk hanya karena tidak dibelikan permen.

Alhamdulillah, hari itu, aku menang melawan setan dalam diriku.Namun, sepertinya kau ingin menguji kesabaranku ya S?Besoknya, kau ingkar janji lagi.Padahal kita sudah janji akan pergi ke acara itu bersama.Malahan, kau pula yang menawarkan perginya barengan padaku. Kita masih SMS-an malamnya, dan sempat pula sambil bercanda kau minta dibangunkan pagi-pagi, takut terlambat.Tapi, rencana tinggal rencana. Tuhan jualah yang menentukan.Ternyata kita sama-sama ketiduran!
Aku yang panik, cepat-cepat menghubungimu, meminta agar kau segera bergegas. Aku juga bilang aku akan menunggumu di tempat yang telah disepakati tadi malam.Dan, S, entah karena kau baru bangun, sehingga jawabanmu ngawur, yang jelas kau menyuruhku duluan saja.

Asumsiku waktu itu, kau jadi pergi. Hanya saja terlambat.Ok, jawabku.Tak kusangka, maksudmu itu adalah kau tak jadi pergi. Astagfirullah, S, Kenapa tidak terus terang mengatakan kau batal pergi?

Aku menghela napas. Lagi-lagi S, kau mengecewakanku.Tapi, aku tidak bisa menyalahkanmu. Yang kusalahkan adalah diriku sendiri, kenapa aku juga bangun terlambat.
Seandainya aku bangun lebih awal, tentulah aku bisa menghubungimu lebih cepat.Tapi, semua itu di luar kuasaku.Hanya bisa menyayangkan, seandainya kau ada di sampingku waktu itu, tentu saja suasananya akan berbeda.
Belum,belum cukup sampai di situ.Kau melupakan janjimu lagi hari ini.Aduh..

S, segitu parahnyakah ingatanmu?Atau kau sudah jadi orang yang mudah melupakan janji?Maafmu tentu saja kuterima.

Bagaimana mungkin aku akan marah padamu lama-lama?Tidak, aku tidak bisa.
Aku tidak bisa ngambek padamu.Kamu tau sebabnya, S?Karena aku seperti melihat diriku sendiri dalam dirimu.

Aku seperti bercermin,dan yang tampak adalah bayanganku.Kejadian tiga hari ini membuatku introspeksi diri,aku, S, akulah dirimu.

Aku juga sering mengecewakan orang lain seperti itu.Janji-janji yang kuucapkan sendiri, seringkali batal di tengah jalan.Aku akui, manusia itu penuh dengan khilaf.Sifat plin-planmu itu cerminan dari diriku.

Aku merenung S.Apakah ini yang dirasakan oleh orang-orang yang pernah kukecewakan?Jika iya, S, terima kasih.Secara tidak langsung kau telah menyadarkan aku.Kadang, ada hal-hal yang harus kita alami sendri agar bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Karma? teguran? entahlah.Aku hanya merasakan kilas balik pengalaman yang sudah-sudah.Membayangkan sedihnya perasaan orang-orang yang pernah kukecewakan, yang tanpa sadar terluka karena ucapan dan perbuatanku.

Allah, maafkanlah aku.

Mungkin ini salah satu caramu menegur sifatku yang kurang baik pada teman-temanku,pada orang-orang di sekitarku.

S,aku tidak marah. kecewa? sedikit.Tapi tidak segitunya sampai-sampai tidak mau berkomunikasi denganmu lagi.Aku tidak mengharapkan kesempurnaan dari seorang sahabat.
Aku tidak butuh itu, S.Yang aku harapkan adalah sahabat yang mau mengingatkanku jika aku salah. Sahabat yang mau menerima segala kekurangan yang ada padaku.Dan sahabat yang bisa kujadikan cerminan untuk memperbaiki diri agar jadi lebih baik.

S, terima kasih.Atas persahabatan kita selama bertahun-tahun.Jangan pernah bosan untuk jadi teman seperjalananku.Saksi perjuanganku di dunia yang fana ini.

S,Terima kasih.Doaku selalu menyertaimu..

Bersyukur Masih Bisa Beramal

http://www.pasarkreasi.com/dirmember/00001/terlalurisky/content/content-1105-20081017-6-38-105/large/rizki-ramadansuci-dengan-memberi_1105_l.jpg
Usai sudah acara buka puasa bersama anak yatim beserta pemberian santunan. Keringat di badan masih menempel dan baunya belum hilang. Letih ini terakumulasi oleh letih dari pagi hari saat mengadakan acara bazar sembako murah buat warga dan santunan dhuafa. Beberapa hari lagi, ada agenda pembagian ta'jil di jalanan menanti. Alhamdulillah, masih memiliki motivasi untuk beramal, dan astaghfirullah atas kekurang sempurnaan amal.

Betapa berharganya masih memiliki semangat dalam beramal. Sementara di sebuah sudut dalam sejarah, ada cerita tentang orang munafiq yang hanya duduk-duduk sembari mengomentari amal para sahabat Rasulullah. Ada sahabat berinfak dengan terang-terangan, dicela oleh kaum munafiq sebagai orang yang riya'. Ada sahabat yang bersedekah sedikit, dicela pula oleh kaum munafiqin itu. Padahal sahabat itu sampai bekerja lembur agar bisa bersedekah.

Aku berlindung kepada Allah dari pekerjaan mengomentari amal kebaikan orang lain, tak ubahnya para munafiqin di zaman Rasulullah.

Alhamdulillah masih bisa beramal, apa pun wadahnya. Sekalipun wadah itu sebuah partai. Sementara di suatu tempat, ada saudara seiman yang mengejek wadah amal yang berupa partai dengan mengibaratkannya serupa perlombaan panjat pinang. Orang yang di bawah harus menanggung beban orang di atasnya yang berhasil meraih hadiah.

Saudaraku itu tak mengerti, wadah amal yang bernama partai politik, tempat aku beraktifitas, bukanlah sarana untuk meraih kesenangan dunia. Berletih-letihnya kami kader akar rumput dalam berbuat baik semata hanya karena Allah swt. Tak pernah kami iri dengan kedudukan tinggi duniawi yang didapat oleh sebagian orang yang sama-sama berjuang di dalam media partai. Karena bukan itu tujuan kami. Justru rasa senang yang kami dapat saat ada saudara yang kami percaya yang diberi amanah oleh Allah berupa kedudukan agar ia berbuat kebaikan.

Zuhud adalah kuncinya. Dengan sikap zuhud, kami bisa fokus pada amal dan tak peduli dengan apa yang didapat manusia. Karena zuhud bukan cuma hidup sederhana, tapi zuhud adalah tidak memandang agung pada kenikmatan dunia yang didapat orang lain. Kami percaya, seseorang yang nyinyir rajin mengkritik gaya hidup mewah, tidak serta merta orang itu berlaku zuhud. Lagipula berpenampilan lebih dari orang lain juga bukan berarti tidak berlaku zuhud. Karena zuhud ada pada hati yang kebas rasa atas bertambah atau berkurangnya kekayaan. Seseorang yang terlihat hidup berlebih belum tentu ia senang dengan kekayaannya.

Karena itu, zuhud lah yang membuat kami bisa bertahan beramal jama'i, dan jauh dari membayangkan amal jama'i ini seperti perlombaan panjat pinang yang mencari kesenangan duniawi semata.

Kami bersyukur bisa beramal. Sementara sebagian umat muslim masih berkutat pada perdebatan dan wacana. Hujjah dan logika mereka tak lahirkan amal. Tapi hanya kebekuan hati semata. Kalau ingin habiskan waktu dalam lumpur perdebatan, tersedia banyak bahan untuk dibicarakan. Dari soal jumlah rakaat hingga demokrasi. Silakan pilih, lalu biarkan waktu habis tak terasa.

Tapi kami memilih beramal. Memang, harusnya ilmu didahulukan daripada amal. Tapi menghindari perdebatan bukan berarti tak berilmu. Justru amal kami adalah implementasi ilmu. Cukup laksanakan apa yang diyakini, tak perlu dibenturkan dengan apa yang orang lain yakini.

Bersyukur masih bisa beramal. Karena setan menghampiri dari berbagai sisi agar kami enggan beramal. Setelah kami berhasil beramal, selanjutnya akan kami pertahankan keikhlasan di hati.

Jakarta, 14 Agustus 2011

Andaleh

10 Hari Terakhir Ramadhan

Oleh Galih Ari Permana
10 hari terakhir, sudah bukan lagi keikhlasan Ramadhan, yang dicari adalah duit, modal buat lebaran. 80% responden mangakui.

Kalimat diatas tercantum pada sebuah akun Facebook seorang teman yang saya baca pagi ini. Nadanya seperti berkelakar tetapi mampunyai makna yang sangat dalam.

Berulang saya membacanya dan merenungi makna dari kalimat itu. Keikhlasan Ramadhan, ikhlas bererah diri kepada Allah dengan memaksimalkan ibadah di bulan suci ini. Bulan penuh rahmat dimana pahala dan ampunan ditebarkan didalamnya.

Menuju akhir ramadhan rasa khusyuk itu mulai pudar dalam sebagian sanubari. Shaf-shaf masjid pun kembali kepada jemaah yang biasa shalat subuh di luar ramadhan. Habis tenaga mereka dengan kesibukan mempersiapkan hari raya kemenangan di pusat-pusat perbelanjaan.

10 hari terakhir ramadhan sebagian umat Islam tumpah ruah di pasar, mall, plaza, hanya sekedar untuk menghiasi raga. Berlomba berhias diri hanya untuk menunjukkan siapa yang paling meriah dalam menyambut bulan Syawal. Tapi mereka terlena akan mempercantik qalbu guna menjadi insan yang terlahir suci kembali.

Sepertinya budaya berlebihan dalam menyambut Syawal sudah mendarah daging. Kita lebih senang menjalankan agama yang sifatnya seremonial yang penuh dengan gagap gempita. Kita tidak terbiasa mencari makna atas sebuah kewajiban yang menjadi asas kenapa kewajiban itu diperintahkan. Kita lebih senang memperindah raga daripada jiwa sehingga tidak heran jika selepas ramadhan banyak orang yang berpakaian indah namun mereka lupa dengan masjid, al-Quran, dan kemulian yang lain dari agama Islam ini.

10 hari terakhir Ramadhan, alhamdulillah masih ada sebagian orang yang mengecangkan ikat pinggang dan menjauhkan lambungnya dari tempat tidur. Mereka semakin khusyuk berlomba mencari cinta Tuhannya. Pakaian mereka sederhana namun hati-hati mereka berkilauan karena semakin diasah oleh sujud dan tilawah. Harta mereka lebih dibelanjakan dijalan Allah dengan bersedakah, berinfaq dan zakat.

Semoga Allah memasukan kita kedalam golongan orang yang beruntung di bulan suci ramadhan dengan selalu mengikuti sunnah nabi-Nya.

Dukuh Zamrud
20 Ramadhan ba'da dzuhur

Mengejar Lailatul Qadar

Oleh Abi Sabila

Seorang anak bertanya pada ayahnya, kapan terjadi lailatul qadar? Rupanya ia masih penasaran dengan ceramah sang ustadz kemarin malam, sesaat sebelum sholat tarawih dimulai.

“Wallohualam. Hanya Allah yang tahu secara pasti,” Jawab sang ayah yang baru selesai tadarus Al Qur’an. “Tapi baginda nabi Muhammad SAW pernah memberitahu sahabat tentang tanda-tanda datangnya lailatul qadar. Diantaranya, malam itu terlihat cerah, tidak panas dan tidak juga dingin. Sebuah suasana yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Dan itu terjadi di malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan,” sang ayah menambahkan.

“Apakah kita bisa bertemu dengan lailatul qadar?”

“Insya Allah! Asal kita bersungguh-sungguh berusaha. Mencari dan mengejarnya.”

“Mencari dan mengejar? Mengapa harus demikian? Apa tidak semua orang Islam bisa bertemu lailatul qadar?” sang anak makin penasaran.

“Tidak! Tidak semua orang menyadari datangnya malam lailatul qadar. Hanya ahli ibadah yang menyadari kehadiran lalilatul qadar dan memanfaatkannya, meraih kemuliaannya dengan beribadah, mendekatkan diri kepada Allah.”

“Salah satu temanku pernah bilang kalau bapaknya pernah mendapatkan lailatul qadar. Hebat ya! Padahal, kata temanku itu, bapaknya baru rajin sholat setelah bulan Ramadhan datang. Menurut Ayah, benar nda sih apa yang temanku bilang?”

“Mungkin saja. Tak ada yang tak mungkin, jika Allah menghendakinya. Tapi tidak mudah untuk bisa mendapatkan malam lailatul qadar. Tidak bisa instant. 

Butuh persiapan dan usaha yang panjang. Bahkan, Ayah pernah dengar dari ustadz, bahwa orang-orang yang mendapatkan lailatul qadar, sudah mempersiapkan diri sejak jauh-jauh hari. Setidaknya, memasuki bulan Rajab, mereka sudah mulai memfokuskan ibadahnya. Dan tak hanya itu, diluar bulan itupun ibadah mereka selalu terjaga.”

“Jadi, temanku atau bapaknya itu bohong?” tanya sang anak kecewa
.
“Wallhoualam. Ayah tidak bilang begitu. Bisa saja dia benar-benar menyadari saat turunnya lailatul qadar. Tapi bisa juga hanya prasangkanya saja. 

Semua orang bisa mengaku telah bertemu atau melihat tanda-tanda turunnya lailatul qadar. Tapi menurut Ayah, kita bisa mempertimbangkannya terlebih dahulu sebelum mempercayainya. Bagaimanapun, tidak sembarang orang bisa dengan mudah mendapatkan malam lailatul qadar. Hanya mereka yang akidahnya murni, ibadahnya terjaga yang patut dipercayai omongannya. Lailatul qadar itu malam yang sangat itimewa.

Pada malam itu, para malaikat turun dari setiap langit dan dari sidrotul muntaha ke bumi, mengaminkan doa-doa yang diucapkan manusia hingga terbit fajar. Para malaikat dan Jibril as turun dengan membawa rahmat atas perintah Allah swt, membawa setiap urusan yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah di tahun itu hingga yang akan datang. Lailatul Qodr adalah malam kesejahteraan dan kebaikan seluruhnya tanpa ada keburukan hingga terbit fajar. 

Ibadah di malam lailtul qadar pahalanya lebih besar dari pahala beribadah seribu bulan. Meski tidak ada yang mustahil bagi Allah, tapi kalau setiap orang bahkan yang ibadahnya asal-asalan bisa mendapatkan, lalu dimana letak istimewanya?” panjang lebar sang Ayah menjelaskan.

“Satu malam pahalanya lebih dari ibadah seribu bulan? Berarti sama dengan berapa tahun, Yah?”

Tak sabar menunggu jawaban, sang anak beranjak dari duduknya, mengambil kalkulator dari dalam laci meja belajar dan langsung menghitung. Seribu bagi dua belas.

“Lebih dari delapan puluh tiga tahun. Subhanallah!” kata sang bocah kemudian. Ia terlihat takjub. “Kalau begitu, orang yang bisa bertemu malam lailatul qadar itu beruntung sekali ya, Yah? Ibadah semalam sudah sama dengan ibadah lebih dari delapan puluh tiga tahun. Kalau dihitung-hitung, umur manusia rata–rata enam puluh tahun, masih ada sisa banyak tahun. Tidak perlu ibadah lagi, sudah cukup,” sang anak menghitung dengan logika matematikanya, tak sadar bahwa apa yang dia pikirkan adalah salah besar.

Mendengar itung-itungan anak tunggalnya, sang Ayah tersenyum sebelum menjelaskan.
“Begini, Nak. Ibadah di malam lailatul qadar memang pahalanya lebih banyak dari ibadah seribu bulan, atau menurut perhitunganmu tadi lebih dari delapan puluh tiga tahun. Tapi bukan berarti manusia tak perlu ibadah lagi.”

Sang anak meletakan kembali kalkulatornya. Terlihat kecewa.

“Kelak kita masuk syurga atau neraka adalah tergantung dari hasil hisab dosa dan pahala yang kita kumpulkan selama hidup, semenjak baligh dimana kewajiban agama melekat, hingga ajal menjemput. Orang yang mendapatkan malam lailatul qadar memang menjadi mulia, dinaikan derajatnya, mendapatkan pahala berlipat ganda, bahkan tak terhitung jumlahnya kecuali Allah yang mengetahuinya. Tapi bukan berarti setelah itu ia bebas dari kewajibannya sebagai seorang hamba. Ingat, tidak Allah ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah, beribadah kepada Nya. Kalau seperti yang kamu bayangkan, berapapun banyaknya pahala yang telah ia kumpulkan bisa habis terkikis oleh dosa yang ia lakukan. Timbangan amal yang tadinya berat bisa kalah berat oleh dosa-dosanya. Bukannya langsung masuk syurga, tapi singgah dulu di neraka.”

“Tapi tetap masuk syurga juga kan?”

“Insya Allah. Setiap yang beriman kepada Allah dan rasulNya, jaminannya adalah masuk syurga. Tapi apakah langsung atau ‘dibersihkan’ dulu di neraka, tergantung amal 
perbuatannya. Dan yang jelas, mereka para ‘ahli ibadah’, yang pernah mendapatkan malam lailatul qadar, perhitungannya tidak sama dengan perhitunganmu yang beribadah saja masih itung-itungan, merasa beramal sedikit sudah bangga, seolah sudah memegang kunci syurga. Mereka yang pernah mendapatkan malam lailatul qadar justru akan semakin tekun beribadah, berharap setiap tahunnya bisa bertemu dengan malam lailatul qadar. Tidak seperti kita yang belum tentu berjumpa tapi usahanya hanya sekedar saja.”

“Kalau sekarang, masih mungkin tidak untuk kita mendapatkan malam lailatul qadar?”

“Sudah Ayah bilang, tak ada yang tak mungkin, Allah Maha Kuasa, Maha Berkehendak. Yang terpenting, benahi diri, rapihkan ibadah dan meskipun kanjeng nabi memberi rambu bahwa lailatul qadar datang di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, jangan berlaku curang, jangan pilah-pilih. Malam ganjil tekun ibadah, tapi malam genapnya kau justru dimana. Beribadahlah dengan tekun setiap malam, anggaplah lailatul qadar akan datang malam itu. Mohon kepada Allah agar kita diberi kesempatan meraih keistimewaan malam lailatur qadar, sedangkan hasilnya, serahkan sepenuhnya pada Allah.”

“Jadi begitu ya, Yah?”

“Ya! Cari dan kejarlah lailatul qadar. Jangan hanya berdiam diri. Bisa jadi kita dan mereka para ahli ibadah sama-sama melewati malam-malam yang sama, tapi apa yang kita lakukan dan kita dapatkan jauh berbeda.”

10 Langkah Mengendalikan Hawa Nafsu

Bagi seseorang muslim yang menyadari hakikat kehidupannya, akan senantiasa menjaga hati dari tipuan hawa nafsu yang menjerumuskan. 

Nafsu adalah kecenderungan tabiat yang dirasa cocok. Kecenderungan ini merupakan suatu bentuk ciptaan Allah yang ada dalam diri manusia, sebagai urgensi keberlangsungan hidupnya. Karenanyalah manusia memiliki keinginan untuk makan, minum, dan menikah.

Nafsu dapat mendorong kepada sesuatu yang dikehendakinya. Ia akan berada pada jalur yang benar manakala dikendalikan . Namun sebaliknya, ia akan menghancurkan manusia jika nafsu yang mengendalikannya. Celaan terhadap nafsu dating ketika berlebih-lebihan dalam dua sikap ini, yakni yang melebihi sikap mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot. Orang yang menuruti nafsu, syahwat dan rasa benci biasanya tidak konsisten pada batasa yang bermanfaat baginy, jarang ada orang yang bisa bersikap adil dengannya.

Allah tidak pernah menyebutkan nafsu di dalam kitabNya melaikan mencelanya. Begitupula tidak ada sebutan nafsu dalam sunnah melainkan dalam keadaan tercela, kecuali yang memang ada pembatasan, seperti sabda Rasulullah saw: “Laa yu’minu ahadakum hatta yakuuna hawaahu taba’an lima ji’tu bihi.” (Tidaklah seseorang diantara kalian beriman sehingga nafsunya mengikuti apa yang kubawa.)

Orang yang sudah dewasa akan diuji dengan hawa nafsu. Setiap saat akan muncul kondisi yang menciptakan dua hakim pada dirinya, yaitu hakim akal dan hakim agama. Dia diperintahkan agar senantiasa melaporkan kasus-kasus nafsu kepada dua hakim ini dan patiuh terhadap keputusannya. Dia harus berusaha melatih diri menyingkirkan hawa nafsu yang tidak baik akibatnya, agar dikemudian hari tidak mendapat kesengsaraan.

Jika kita memperhatikan tujuh golongan orang-orang yang mendapatkan perlindungan arsy Allah pada hari yang tiada perlindungan selain perlindungan-Nya, maka kita mendapatkan bahwa itu adalah hadiah karena menentang hawa nafsunya. Pemimpin yang memegang tampuk kekuasaan tidak mungkin bias berbuat adil kecuali dengan menentang nafsunya. Pemuda yang mementingkan ibadah kepada Allah semasa mudanya tidak akan mampu andaikan ia tidak menentang nafsunya. Orang yang hatinya bergantung pada masjid-masjid, bisa seperti itu karena dia menentang nafsu yang hendak menyeretnya kepada berbagai macam kenikmatan. Orang yang mengeluarkan shodaqohnya, andaikan ia tidak menentang nafsunya tentu tidak akan mampu berbuat seperti itu. Orang yang diajak wanita yang cantik dan terpandang, lalu dia takut kepada Allah dan menentang nafsunya dan orang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian, hingga kedua matanya meneteskan airmata mampu berbuat seperti itu kecuali dia menentang hawa nafsunya. Mereka tidak mengenal panas, siksaan dan kesulitan pada hari kiamat. 

Untuk selamat dari jeratan hawa nafsu, seorang hamba harus dengan sepenuh hati bersungguh-sungguh melawan hasrat buruknya. Dengan taufik Allah, ia akan selamat darinya seraya mencermati langkah-langkah pengendalian berikut:

Menyadari bahwa nafsu adalah dinding pagar yang mengitari jahannam.

Barang siapa yang terseeret ke dalam nafsu, berarti dia terseret ke dalam neraka. Sabda nabi, “Syurga dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai syahwat.” Orang yang mengikuti nafsu dikhawatirkan akan lepas dari iman, sementara dia tidak menyadarinya. Mengikuti nafsu bias menutup pintu taufik bagi manusia dan membuka pintu penyesalan. Fudhail bin ‘Iyadh berkatam “Barangsiapa yang mengikuti nafsu dan menuruti syahwatnya maka terputuslah tali taufik dari dirinya.” Memanjakan nafsu berarti merusak akal dan fikirannya dan itu berarti mengkhianati Allah dalam hal penggunaana akal. Mengikuti nafsu membuat hamba tidak bias bangkit untuk mencapai syurga bersama-sama dengan orang yang berhasil mendapatkannya. Muhammad bin Abdul Warad berkata, “Sesungguhnya Allah mempunyai satu hari, siapa yang tunduk kepada nafsunya tidak akan bisa selamat dari siksaan-Nya. Di antara orang-orang yang jatuh dan tidak bisa bangkit pada hari kiamat ialah orang yang tunduk kepada nafsunya.”

Menyadari bahwa dengan menentang nafsu akan menghasilkan kekuatan tubuh, hati dan lidah manusia. Orang salaf berkata, “Orangyang mampu mengalahkan hawa nafsunya lebih kuat daripada orang yang mampu menaklukkan sebuah kota sendirian.” Orang yang paling ksatria adalah yang paling keras menentang hawa nafsunya. Muawiyah berkata, “Sifat ksatria ialah yang meninggalkan syahwat dan menentang hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu berarti mengurangi sifat ksatria.” Memerangi nafsu lebih hebat dan lebih berat daripada memerangi orang-orang kafir. Menentang nafsu bisa menyelamatkan penyakit hati dan badan sedangkan mengikutinya akan mendatangkan penyakit hati dan badan. Semua penyakit hati berasal dari mengikuti nafsu. Jika kita meneliti berbagai penyakit badan maka sebagian beasr berasal dari memperturutkan hawa nafsu.

Menyadari bahwa tidak ada satupun hari yang berlalu melainkan nafsu dan akan saling bergelut di dalam diri orang yang besangkutan.  

Mana yang dapat mengalahkan rivalnya, maka dia akan mengusirnya dan menguasainya. Abu Darda r.a. berkata, “Jika pada diri seseorang berkumpul nafsu dan amal, lalu amalnya mengikuti nafsunya, maka hari yang dilaluinya adalah hari yang buruk. Jika nafsunya mengikuti amalnya, maka harinya adalah hari yang baik.”

Menyadari bahwa dia diciptakan bukan untuk kepentingan nafsu, tetapi untuk sesuatu urusan yang besar yang tidak bias dicapai kecuali dengan menentangnya. 

Tidak boleh baginya memilih bahwa hewan lebih baik daripada dirinya. Dengan tabiatnya saja hewan bias membedakan mana yang membahayakan dan mana yang menyelamatkan, lalu ia memilih yang bermanfaat baginya dan meninggalkan yang berbahaya. Manusia diberi akal dalam masalah ini. Jika dia tidak bias membedakan mana yang dapat membahayakan dan mana yang bermanfaat baginya, atau mengetahui tapi justru memlih yang berbahaya, berarti keadaan hewan lebih baik dari keadaannya.
Sesungguhnya Allah menjadikan kesalahan dan mengikuti nafsu sebagai dua hal yang berdampingan dan menjadikan kebenaran dan menentang nafsu sebagai dua hal yang berdampingan sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf, “jika ada masalah yang rumit engkau pecahkan, engkau tidak tahu mana yang benar, maka tinggalkanlah yang lebih dekat kepada nafsumu, karena sesuatu yang dekat dengan kesalahan ialah yang mengikuti hawa nafsu.”

Memiliki hasrat yang kuat untuk melawan hawa nafsunya sehingga timbul kecemburuan yang amat sangat terhadap dirinya sendiri jika melakukan kemaksiatan.

Membalutnya dengan kesabaran dalam menghadapi kepahitan yang akan dihadapi ketika melawan hawa nafsunya sendiri. Membekalinya dengan kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya untuk mereguk kesabaran itu, sebab semua bentuk keberanian merupakan kesabaran sekalipun hanya sesaat dan sebaik-baik hidup adalah jika seseorang mengetahui hidup itu dengan kesabarannya.

Melibatkan hati dalam mempertimbangkan akibat nafsu, sehingga dia bisa mengetahui seberapa banyak nafsu itu meloloskan ketaatan dan berapa banyak nafsu itu mendatangkan kehinaan.

Berapa banyak satu suapan yang menghalangi beberapa suapan. Berapa banyak sedikit kenikmatan yang menghilangkan beberapa kenikmatan. Berapa banyak sedikit syahwat yang menghancurkan kehormatan, menundukkan kepala, menciptakan kenangan yang buruk, mengakibatkan celaan dan aib yang tidak bisa dicuci dengan air sementara mata orang yang menuruti hawa nafsu adalah mata orang yang buta.

Memikirkan apa yang dituntut oleh jiwanya, lalu berkata kepada akal dan agamanya, yang nantinya akan mengabarkan bahwa apa yang dituntut itu tidak ada artinya apa-apa.

Abdullan bin Mas’ud berkata, “Jika salah seorang diantara kalian tertarik kepada seorang wanita, maka hendaklah dia mengingat-ingat keburukannya.” Mempertimbangkan kelanjutan yang baik dan kesembuhan yang terjadi di kemudian hari dan sebaliknya mempertimbangkan penderitaan yang semakin menjadi-jadi sebagai akibat menuruti kenikmatan hawa nafsu yang semu.

Menghinakan diri sendiri ketika tunduk kepada hawa nafsu, sebab tidaklah seseorang menuruti hawa nafsunya melainkan pasti akan mendapatkan kehinaan pada dirinya.

Jangan tertipu kehebatan dan kesombongan orang-orang yang mengikuti nafsunya, padahal dilihat dari batinnya, mereka adalah orang-orang yang paling hina dina. Orang seperti itu memadukan antara kesombongan dengan kehinaan.

Kebanggan dapat menundukkan dan menaklukkan musuhnya.  

Allah suka jika hamba-Nya berani menghadapi musuhnya sebagaimana firman-nya, “Dan mereka tidak menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh melainkan dituliskan bagi mereka dengan demikian itu sebagai amal sholeh.” (At-Taubah: 120). Di antara tanda cinta yang tulus ialah melibas musuh kekasihnya dan mengalahkannya. Jika kita mencintai Allah maka kewajiban kita untuk mengalahkan musuh. Allah.

Maroji’: Rauah Al-Muhibbin wa Nuhzhah Al-Musytaqin, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Darul Falah 1419 H

Ramadhan, Janganlah Cepat Berlalu

Oleh bidadari_Azzam
Kupandangi padang rumput hijau di dekat taman bermain anak-anak itu, lama. Mungkin kalian bingung, kenapa barisan rumput itu begitu menarik perhatianku.

Tapi begitulah kenyataannya, merasakan sesuatu yang sangat istimewa tatkala melihat keindahan rumput hijau nan segar menyejukkan mata, dan beberapa minggu lagi hijau itu akan berubah warna, mengering.
Sesekali hujan datang dan tanah becek. Serta sekian minggu berikutnya si padang rumput akan berubah menjadi padang salju, putih dan beku.

Memiliki pengalaman berbeda di belahan eropa adalah salah satu anugerah-Nya buat kami. Ketika mata menjadi saksi, hati berucap dzikrulloh, melihat perputaran empat musim yang tidak kita temui di negeri-negeri sekitar khatulistiwa.

Terasa cepat sekali perjalanan sang waktu, padahal siang dan malam yang hadir setiap hari merupakan hal yang dianggap ‘sangat biasa’ bagi kebanyakan orang. Melakukan rutinitas normal, kegiatan sehari-hari dan mungkin ada banyak orang yang berkeluh kesah menyatakan kejenuhan.

Sedangkan bagi seorang hamba-Nya yang wajib senantiasa bersyukur, di masa apa pun, musim apa pun, kala kondisi lapang maupun sempit, tentu inovasi kegiatan bisa dilakukan.
Masa jenuh atau bosan itu tak akan hadir dalam diri, kecuali sejenak jeda mengatur nafas dan memperbaiki kelurusan langkah. Allah ta’ala mengingatkan kita dalam ayat-Nya yang bermakna,

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal; (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran[3] : 190-191)

Ramadhan ini adalah ramadhan kelima dalam hidup sister Zaynab. Yang ia rasakan tatkala telah memeluk Islam adalah kesegaran iman dan ketenangan dalam tujuan hidup dengan segala cita-citanya.

Disini pula letak perbedaan antara sosok seorang muslim dengan non muslim, kegiatan dalam mempelajari dan memperdalam agama-Nya merupakan ilmu dan hikmah yang amat besar. Mendekatkan diri dalam kedisiplinan belajar Al-Qur’an adalah point penting yang menjauhkan diri dari kejenuhan.

Sister Zaynab merupakan salah satu hamba-Nya yang terpilih ketika memasuki gerbang hidayah Islam, diawali dengan ketertarikan dengan Al-Qur’an. Apalagi di bulan ramadhan nan penuh dengan segala bonus-Nya, biasanya semangat belajar dan terus menggali ilmu akan makin bertambah.

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalammengatakan, “Siapa yang ingin berdialog dengan Rabbnya, maka hendaklah dia membaca Al-Quran.” (HR. Adailami dan Al-Baihaqi)

Jejak pijakan kaki terasa ringan melangkah ke majelis-majelis ilmu, pikiran jernih dan tenang, karena jaminan dari Allah ta’ala. Bahkan beliau yang baru mengenal islam malah mengetahui hadits rasul-Nya bahwa,

“Orang yang dalam dadanya tidak ada sedikit pun dari Alqur’an, ibarat rumah yang bobrok.” (HR. At-Tirmidzi)

Bagaimana dengan kalbu kita hari ini, terasakah begitu cepatnya hari-hari ramadhan? tautan ilmu-Nya masih terus diraba-raba, target pribadi masih belum tercapai, hal itu pun amat dirasakan oleh sister Zaynab.

Padahal, ramadhan syahdu ini amat berharga, bonus-bonus-Nya sepanjang waktu terhampar buat memudahkan setiap mukmin untuk menggapai ketakwaan.

Dalam tausiyah ramadhan banyak da’i-da’iyah mengingatkan kita bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda,

"Umatku diberi lima keistimewaan pada bulan Ramadhan yang tidak diberikan kepada umat sebelum mereka : Bau mulutnya orang-orang puasa lebih wangi di sisi Allah dibandingkan bau minyak kasturi, setiap hari malaikat memintakan ampunan bagi mereka saat berpuasa sampai berbuka, Allah menghiasi surga untuk mereka kemudian berfirman, "Hamba-hamba-Ku yang saleh tengah melepaskan beban dan kesulitan maka berhiaslah”, setan-setan dibelenggu sehingga tidak bisa menggoda dan orang-orang puasa diampuni dosa-dosa mereka pada malam terakhir bulan Ramadhan." (HR. Ahmad, al-Bazzar, al-Baihaqi)

Subhanalloh… Namun tamu mulia itu selalu terasa hanya sebentar, oh ramadhan, janganlah cepat berlalu.

Duhai Ilahi, kami malu… Ramadhan indah yang Engkau curahkan samudera kenikmatan beserta bergulung reward-MU di dalamnya ternyata masih harus berlalu begitu saja. Kami masih tenggelam dalam kehinaan, bercoreng aib dan berlumur dosa, ampunilah kami, duhai Robbi…

Satu hal yang kusebut ‘amazing’ detik-detik ramadhan ini adalah tatkala diri ini berjumpa dengan para muallaf yang tinggal di Krakow, malah beberapa di antaranya, saya saksikan sendiri sebuah momen dahsyat tatkala syahadat yang mereka lafadzkan mengalir lancar dalam bermacam dialek yang sangat berbeda dengan kita.

Lantas saya berpikir, “Inilah salah satu hikmah ketika garis hidup dilalui, ‘terdamparnya’ kami di sudut eropa timur ini. Allah ingin mempertemukan saya dengan mereka…”. Insya Allah kisah beberapa di antaranya akan saya utarakan di artikel berbeda.
Selamat menggapai segala cita dalam kesempatan memaknai ramadhan kali ini, jika ini ramadhan terakhir kita, semoga inilah ramadhan terbaik yang kita capai.

(bidadari_Azzam, @Krakow, 19 Ramadhan 1432 H)

Minggu, 21 Agustus 2011

GAUL YANG ISLAMI

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..
 ” Kuper ya kamu,sok agamis tapi gak pernah gaul “ “ Katanya islmai, pake kerudung, tapi gandengan tangan sama pacarnya,mau gaul tapi kebablasan” “Tu cewek mentang-mentang pake krudung ,kok sok eksklusif banget ya,gaul nya cuma sama temen-temennya yang pake krudung doank,mana mau cewek kayak kita di jadiin temen”

Kata-kata di atas sering sekali anda maupun saya,dalam kata-kata yang sama atau pun dengan pembendaharaan kata-kata yang lain. Masyarakat kita sering kali menyimpulkan apa yang terlihat,lalu di generalisirkan. Hanya sedikit yang berbuat,lantas di simpulkan bahwa semuanya sama. Seorang muslimah yang memakai jilbab akhirnya terkena imbas para wanita yang memakai kerudung gaul,kerudung yang dilitkan keleher atau tak menutup dada terus memakai pakaian ketat agar terlihat bahwa mereka juga bisa gaul.

Padahal gaul yang melanggar syariat pun tentu tak di benarkan. Sedangkan para wanita yang memakai pakaian longgar dan berjilbab panjang akhirnya terkena imbas dari para muslimag gaul yang bertentangan dengan syariat. Samapai ada yang mengatakan kalo semua perempuan itu sama aja,pakai jilbab lebar buat menutupi aib..Naudzubillah.. Wanita yang memakai jilbab syar’i memang bukan manusia sempurna atau lepas dari kesalahan,tapi tentu mereka tetap ingin menjaga syariat terlepas dari apapun yang mereka perbuat.

Tak lepas dari para muslimah,kadang kala kita menemukan muslimah tapi pendiem. Sering kali masyarakat pada umumnya mengatakan dia” kuper”. Padahal tidak selalu yang gaul itu yang pinter ngomong,yang cerewet,yang temennya banyak.

Tapi bagaimana kita menyikapi pergaulan yang tidak menyimpang dari ajaran islam. Dia pendiam atau dia cerewet asalkan itu baik baginya dan bagi agamanya tentu itu lah yang terbaik. Muslimah pendiam tidak selamanya akan jadi pendiam,ketika ada kemungkaran di depannya,itu lah waktunya dia akan bergerak melangkah tak kenal takut. Dan tipe gaul yang terakhir adalah pergaulan eksklusif.

Sering kali muslimah satu dengan muslimah yang lain merasa mereka dijauhi. Pemikiran muslimah eksklusif seperti ini yang harus kita hilangkan,entah itu dengan alasan apapun. Pemikiran muslimah berjilbab hanya mau berteman dengan muslimah berjilbab saja tentu tidak di benarkan,karna mereka pun senantiasa membuka lebar-lebar pergaulan mereka dengan siapaun asalkan yang di ajak bergaul sama-sama ingin menegakkan kebenaran dan menghilangkan kemungkaran. Begitupun dengan para muslimah yang merasa dirinya tersisih kan,kita semua adalah muslimah,pun kata rosulullah.

muslim itu bagaikan satu tubuh. Otomatis antara bagian tubuh yang lain saling membantu.
Jangan pernah berpikiran bahwa dia hanya mau bergaul dengan dia,dan tak mungkin mau bergaul dengan ku. Tentu tidak sahabat. Bukalah hati kita dalam bergaul dengan siapapun,tapi jangan jadikan pergaulan kita menjadi ajang maksiat,apalagi ajang bergunjing Jangan lah kita terlena akan kesombongan kita karna temen kita di mana-mana sehingga ada saudara kita yang merasa tersisihkan keberadaanya. Rangkullah semuanya agar bisa menegakkan panji Islami bersama-sama.

Gaul bukan di lihat dari berapa orang yang mau menjadi temen kita,berapa banyak orang memuji kita,berapa banyak orang yang menyukai kita. Tapi gaul yang bisa menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya,gaul yang bisa menjaga diri kita dari kemaksiaan,dan gaul untuk mengajak saudara-saudara kita dalam kebaikan untuk menggapai ridho Allah Azza Wa Jalla. Mari bergaul dengan cara islami. ^_^

Wallahu’alam bi Showwab.

Sumber :: http://www.bukanmuslimahbiasa.com/2010

Jumat, 19 Agustus 2011

Karena Hidup adalah Belajar

Oleh Fatimah Azzahra

Baru-baru ini lagi banyak-banyaknya peristiwa yang terjadi. Dari mulai pernikahan dan kisah-kisah dibalik layarnya, terus gebrakan teman-teman seperjuangan, terus beberapa temen yang curhat, dan beberapa peristiwa yang aktornya adalah aku sendiri..

Semua yang aku temui, semua yang terjadi dan terlihat dengan mata kepalaku… kemudian yang terdengar oleh telingaku…dan yang terjadi pada diriku sendiri tak mungkin ia sengaja hadir “ma bedunduk” alias secara tiba-tiba tanpa ada maksud dan arti yang tersirat.

Satu demi satu benangnya kucoba uraikan. Bak mengupas bawang Bombay, mengulitinya lapis demi lapis pun kadang membuat airmata ini berjatuhan. Tidak ada salahnya kan menangis Bombay, asalkan habis nangis bombaynya bisa jadi masakan enak, halal dan toyyib. Asalkan habis nangis gak malah bikin benar-benar menjadi semakin melow.

Itulah hidup. Menurutku hidup adalah belajar sepanjang hembusan nafas. Hidup adalah belajar setiap saat, kapanpun dan dimanapun kita berada juga diposisi mana kita ditempatkan. Dan belajar itu pun terkadang butuh tegas, butuh keras, butuh mengalah, butuh sabar, butuh menangis juga butuh memotivasi dan dimotivasi. Sama kan ketika kita masih bayi?
Hidup adalah belajar. Belajar untuk menyelesaikan setiap teka-teki yang sudah disiapkan Alloh buat kita. Belajar untuk bisa iqro’ bukan hanya ABCD atau abatatsa, tapi juga iqro’ atau membaca semua hal disekitar kita. Dan belajar berarti sebuah proses, aku masih ingat ketika masih taman kanak-kanak disaat teman-teman sudah bisa membaca aku malah cuma bisa nyanyi. So, artinya apa? Artinya proses itu bukan sesuatu yang instan. Perlu kesabaran.. dan lagi-lagi kembali belajar.

Hm… lalu bagaimana kalau jatuh? Bagaimana kalau kesandung dan lain sebagainya?
Aku dulu pas belajar naik sepeda ontel juga pernah jatuh, bahkan pas udah bawa motor juga pernah sering jatuh pada suatu waktu. Jatuh bukan berarti gagal karena jatuh, kesandung dan kawan-kawan menurutku juga bagian dari proses belajar. Masih ada harapan yang membentang, masih ada kesempatan yang membujur panjang bila mau untuk bangkit. Ketika hati terketuk saja untuk kembali bangkit, kemudian diikuti jerih payah gerakan fisik untuk kembali bangkit, maka itu adalah bagian dari kemenangan selanjutnya. Dan artinya kita sedang belajar, kembali belajar…

Jadi ingat lirik lagu… “Hidupmu indah bila kau tahu..jalan mana yang benar.. harapan ada harapan ada bila kau percaya…”

Ada betulnya lirik itu.. sekali lagi hidup adalah belajar. Belajar bagaimana memilih jalan kita. Mau dibikin indah atau tidak, manusialah yang memilih. Manusialah yang mau tahu atau tidak mau tahu. Bahkan Alloh pun telah memberikan kita pilihan dan mengajarkan kita untuk belajar memilih. 

Seperti dalam firmanNya di qur’an surah Asy Syams ayat 8

Dan sungguh hadiah terindah dari Yang Maha Bijaksana ketika kita bisa merasakan lapis demi lapis kehidupan dan proses belajar…ketika kita sadar bahwa hidup ini indah..karena hidup adalah belajar..hingga sampai pada peraduan terakhir yang menjadi tujuan perjalanan…

Jilbabmu Bukan Penutup Aibmu

Oleh Mamah Hikmatussa'adah

Miris rasanya ketika suatu kali tanpa sengaja melihat tayangan infotainment akhir-akhir ini. Tak berniat pula saya melihat berita itu, tapi berita itu akan muncul saat kita hendak membuka email. Biasanya saya tak pernah menggubris berita para seleb tersebut, karena akan membuat waktu saya terbuang sia-sia.

Namun kali ini mata saya sangat terusik dengan pemberitaan seorang selebritis yang katanya menutupi aib kehamilannya dengan memakai jilbab, bahkan bercadar. Sehingga ia bebas masuk keluar rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya tanpa dikenali oleh para kuli tinta.
Tak ayal saya pun membuka dan membaca berita tersebut. Sekali lagi, sebenarnya saya tidak perduli dengan kebenaran berita tersebut. Saya hanya sedikit geram. Mengapa jilbab dijadikan alat untuk menutupi aib kita?

Seharusnya, kita bangga menjadi muslim dan muslimah. Begitu banyak di luar sana orang yang berbondong-bondong mengikrarkan diri membaca dua kalimat syahadat karena tertarik dengan Islam dan bangga menutup dirinya dengan balutan jilbab. Tapi justru kita yang sudah terlahir sebagai seorang muslim selalu menyalahgunakan identitas kita untuk hal-hal yang jelek. Rupanya inilah salah satu faktor yang bisa menambah citra buruk tentang Islam itu sendiri. Astaghfirullohal ‘adzim.

Saya benar-benar merasa tertampar. Bukankah memakai jilbab itu menandakan bahwa si pemakainya mencinta Alloh dan Rasul Nya melebihi apa pun? Tanpa perlu ditutup-tutupi aib kita akan dibuka di hadapan Alloh kelak. Lalu kenapa, jilbab harus dijadikan tameng penutup semua aib kita? Mohon maaf, terkadanag ada sebagian orang yang memiliki rambut tak hitam lagi terpaksa memakai jilbab atau kerudung hanya untuk menutupi rambut ubannya. Bahkan berita teranyar saat ini yang saya lihat di media cetak, ada dua orang wanita yang mendadak menutup aurat lengkap dengan cadarnya ketika dipanggil pihak berwajib untuk diperiksa terkait dengan kasus Nazaruddin. Astaghfirulloh.

Sekali lagi saya merrasa miris dan kasihan pada agama Islam ini. Menutup diri dengan jilbab bukan karena patuh dan taat kepada syariat tapi justru karena malu dan takutaib nya terlihat.

Ya Alloh, hidayahMu sungguh mahal. Hanya Engkau yang mampu menembus ruang hati mereka, berilah mereka hidayahMu Ya Rabb. Bukakan hati mereka agar mereka sadar, bahwa pakaian ketakwaan itu bukan untuk menutupi aib sementara mereka, lalu setelah itu mereka bebas melepasnya kembali. Amin.
Wallohu ‘alam bishowab.

Si Gembel yang Luar Biasa

Oleh Ruhana Taqiyya

Allah benar-benar memberi saya sebaik-baik pengalaman hari ini. Pengalaman yang luar biasa sekaligus bikin miris hati.

Sosok itu jelas di mata saya. Seorang pria kumal bin dekil dengan rambut gimbal dan kulit hitam yang sedang clingak-clinguk. Setiap orang yang pertama kali melihatnya pasti akan bilang dia orang gila. Karena memang seperti itu tampilannya. Tapi kenapa beliau ke masjid? Emang beliau mau ngapain?

Sambil memakai mukena pelan-pelan saya fokuskan mata dan pikiran saya ke sosok menarik ini. Tiba-tiba beliau menggulung kedua celana panjang hitam bercampur coklat lumpur dan debunya, lalu berdiri seperti menunggu.

Oh..rupanya beliau mau ke kamar mandi. Tapi kenapa nunggu? Betul kamar mandi untuk prianya sedang ada yang pakai, tapi kamar mandi untuk wanitanya kan kosong? Kalau beliau kurang waras pasti beliau bisa dong main nyelonong aja ke situ? Berarti beliau tau kalau kamar mandi satunya untuk wanita dan beliau tidak berhak di situ?

Ngga lama kemudian bliau keluar dan segera ke tempat wudhu. Mau ngapain beliau? Oh..mungkin mau membasuh muka, rambut, dan tangannya saja. Saya ngga sempat perhatikan sampai selesai karena iqomat sudah berbunyi.
Saya pun menyempurnakan sholat Dhuhur hingga akhir. Begitu berdiri dan balik badan (adalah kebiasaan saya melipat mukena sambil berdiri…), kagetlah saya karena beliau si kumal itu sedang duduk attahiyyat akhir di teras masjid sambil menggerakkan ibu jarinya di tiap ruas jari yang lain.
Subhanallah… saya bener2 bengong. Antara pikiran dan hati saya langsung ngga nyambung. Pikiran saya ‘menolak’ kenyataan beliau sholat karena pakaian beliau yang menurut saya ngga sah untuk sholat. Tapi hati saya benar2 terenyuh sekaligus bangga.

Saya pun merapikan mukena masjid dan bersiap memakai kaos kaki. Begitu mau keluar pintu masjid, nampak beliau keluar gerbang masjid sambil menunjuk kotak infaq di belakang suami saya yang tersenyum.
Saya menebak apa yang sedang terjadi. Akhirnya saya menyusul suami keluar dan melewati beliau yang sudah duduk di samping luar masjid. “Yah, orang itu tadi sholat ya?”. “Iya. Terus tadi ayah kasih uang juga ngga mau. Malah nunjuk ke kotak infaq.”  Allahu Akbar…benar tebakan saya. Beliau si kumal itu masih bisa menolak uang dan bahkan mengarahkan suami untuk memasukannya ke kotak infaq.
Tiga hal tadi sudah bisa membuat saya sangat kacau. Saya bangga. Tapi ngga lama kemudian saya berbisik, “Robb…beliau sudah berbuat hebat seperti itu. Tapi adakah perhatian dari orang2 sekitar? Dari tadi hamba lihat wanita berkerudung panjang berseliweran. Pria-pria berjenggot lagi bersih juga hilir mudik.

Dan bukankah beberapa meter dari masjid ini ada komplek perumahan tempat tinggal walikota dari partai dakwah, daiyah terkenal, dan seorang pengusaha muslim beraset miliaran? Apakah beliau ini luput dari penglihatan mereka? Atau memang beliau sudah didekati tapi tidak mau?”. Saya sibuk menerka sendiri dengan tetap mengutamakan khusnuzhon.
Saya dan suami pun menuju motor sambil terdiam. Saya merasa linglung. Secara logika saya ngga terima. Tapi dengan imanlah akhirnya saya bisa memahami. Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.

Apa yang saya lihat hari ini tidak kalah berharga dengan kisah-kisah hebat para Nabi dan Sahabat yang pernah saya baca. Dan saya, berjuta kali lebih menghormati beliau ketimbang orang-orang berilmu dengan deretan titel haji, doktor, profesor, dan sebagainya,  tapi masih sanggup korupsi, sanggup menipu dan merampok hak orang bahkan rakyat, dan sanggup berbuat nista lainnya.

Maha Suci Alloh yang telah mengizinkan saya mengalami peristiwa ini. Dan semoga Alloh juga yang akan membuka hati masyarakat di sana untuk bersungguh-sungguh merangkul beliau. Amiin…

Fakultas Kehidupan dan Mahasiswa Abadi

Oleh Syaripudin Zuhri

Setiap manusia terus menerus mempunyai persoalan atau masalahnya sendiri-sendiri, setiap persoalan yang berhasil diatasi, muncul lagi masalah atau persoalan yang lainnya, karena memang mengatasi masalah atau berjuang itu, tak kenal henti, kecuali mati. Yang dinilai Tuhan adalah usahanya/prosesnya, bukan akhir. Menang atau kalah dalam berjuang bukan urusan kita. Makanya mujahid Palestina dengan bermodal batu kerikil dan ketapel, mereka berani melawan tank-tank Israel. Mari kita kembalikan semua urusan kepadaNya.
Dimanapun kita berada, perjuangan akan terus ada, karena tantangan hidup ada di mana-mana, tak ada hidup tanpa perjuangan. Tak ada kesuksesan tanpa berjuang, sungguh-sungguh untuk mencapainya. Tak ada keberhasilan dengan duduk berleha-leha. Tak ada apapun yang akan dicapai hanya duduk manis di depan meja sambil makan kacang goreng atau popcorn!

Mari kita lihat perjuangan anak-anak Palestina, dengan ketapel dan batu-batu kerikil dengan gagah berani mereka melawan tank-tank Israel. Jangan tertawakan mereka. Jangan hina mereka, jangan katakan mereka bodoh, jangan, jangan dan jangan. Mungkin banyak yang menilai mereka bodoh, mana mungkin ketapel dan batu kerikil menang melawan tank-tank Israel? Mana mungkin batu menang melawan “kepala batunya” Israel?

Mari kita mundur sejenak melihat sejarah perjuangan bangsa kita melawan penjajah Belanda dan Jepang, apa yang digunakan pejuang-pejuang kita dulu? Bambu runcing! ya senjata yang sangat sederhana, hanya bambu yang diruncingkan bagian ujungnya. Itulah senjata yang digunakan. Namun dengan semangat jihad, hidup atau mati, merdeka atau mati, tercapailah apa yang dicita-citakan, KEMERDEKAAN! Mungkin saat itu ada yang menilai, mana mungkin bembu runcing dapat mengalahkan tank-tank Belanda dan Jepang? Mana mungkin bambu runcing dapat mengalahkan peralatan perang modern yang dimiliki Belanda dan Jepang?
Namun berkat rahmat Allah, perjuangan yang bermodal bambu runcing itu dapat mengalahkan penjajah Belanda dan Jepang. Namun dengan ridho Allah, perjuangan yang bermodal senjata sangat sederhana yaitu bambu runcing dapat mengalahkan tank-tank Belanda dan Jepang.

Begitu juga dengan saudara-saudara kita di Palestina yang sekarang berjuang melawan penjajah Israel, dengan senjata ketapel dan batu-batu kerikil dengan gagah berani dihadangnya tank-tank Israel yang mengarah ke mereka, mareka tidak takut, mereka melawan dan mereka berteriak Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Semangat jihad itulah yang mendorong mereka tak henti berjuang. Menang atau syahid, dua-duanya kabar gembira. Menang berarti mereka merdeka dari penjajahan Israel dan kalau syahid, bidadari-bidadari syurga sedang menanti dengan senyuman yang tak terlukiskan di dunia!
Menang dan kalah dalam perjuangan adalah keniscayaan, tak ada perjuangan yang kalah terus dan tak ada perjuangan yang menang terus, itu adalah dinamika perjuangan, itu adalah sunnatullah. Saat Nabi kita Muhammad SAW berjuang menegakkan panji-panji Islam selama 23 tahun di Mekkah dan di Madinah, Beliaupun tidak menang terus dan tidak kalah terus. Keduanya Beliau lalui dengan ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, ujian dan cobaan di laluinya dengan tetap bersandar kepadaNya. Pada akhirnya Beliau dapat menaklukan Mekkah dan akhirnya Islam menyebar keseluruh penjuru Dunia sampai saat ini dan akan terus berkembang sampai kiamat nanti.

Mengapa kita harus terus menerus berjuang di dunia ini? Karena dunia ini adalah adalah fakultas kehidupan, dosennya adalah peritiwa sehari-hari, mahasiswanya adalah kita, sarana dan prasarananya adalah alam ini, maka disaat menang atau berhasil menyelesaikan kuliah, jangan sombong, angkuh atau takabur dan saat kalah atau masih belum lulus dalam kuliahnya, bersabar sambil terus beriktiar untuk mendapatkan kemenangan atau kelulusan.
Sekali lagi, menang dan kalah dalam perjuangan adalah keniscayaan. Jadi jangan berhenti berjuangan, kecuali mati. Dan untuk saudara kita di Palestina, berjuang terus sampai kemerdekaan itu di capai dan bila tidak tercapai ada nilai sendiri dariNya. Teruslah berjuang saudaraku, teruslah dengan ketapel-ketapelmu menghantam keangangkara murkaan! Jangan menyerah dan putus asa! Doa kami bersamamu!

Jangan tanyakan waktu akhir untuk berjuang, mereka sudah berjuang 60 tahun lebih. Mari kita lihat lagi sejarah kita, berapa tahun pejuangan bangsa kita melawan penjajah? Ratusan tahun! Untuk berjuang jangan tanyakan waktu sampai kapan? Berjuang saja terus, tak ada tetes-tetes darah para mujahid yang sia-sia, tak ada tetes-tetes keringat syuhada yang sia-sia, semuanya bernilai dihadapanNya. Jangankan darah dan keringat, tetesan air wudlu saja akan menjadi saksi di padang masyar nanti, di pengadilan Illahi robbi. Ayo terus berjuang sahabatku, saudaraku, temanku. Jangan hentikan perjuanganmu, kecuali mati!

Sampai kapan perjuangan akan berakhir? Tanpa akhir. karena selama kita di dunia berjuang itu akan terus ada. Perjuangan dalam kehidupan akan terus mengalir. Selesai satu masalah, ada masalah lain yang timbul. Begitulah kenyataan hidup. Jadi perjuangan akan terus diperlukan selama kita hidup, baik keadaan perang maupun damai. Baik di negara maju, negara berkembang, apalagi buat negara miskin. Perjuangan akan di alami oleh tiap pribadi atau kelompok sosial dan itu keniscayaan, siapapun dia akan mengalami perjuangan dalam kehidupannya, apapun bentuknya, bukan masalah. Intinya jangan berhenti berjuang, kecuali mati. itulah sikap muslim sejati, berani hidup dan berani mati. Karena hidup dan mati adalah perjuangan!
Tak ada kata henti dalam perjuangan, perjuangan bukan hanya dalam suasana perang, namun perjuangan juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mencari nafkah untuk anak istri adalah perjuangan. Mahasiswa belajar dengan sungguh-sungguh, berkutet dengan buku-buku dan materi dosen-dosen adalah perjuangan. Pedagang sayuran pergi ke pasar, sejak pagi-pagi buta untuk menjajakan barang dagangan adalah perjuangan. Nelayan berangkat malam hari menerjang badai laut untuk mencari ikan, mempertaruhkan hidup dan matinya demi kelurga adalah perjuangan. Para sopir dengan berbagai jenis kendaraannya yang mengankut penumpang dari satu tempat ke tempat lain adalah perjuangan. Para politisi yang membela kepentingan rakyat, berdebat sampai jauh malam adalah perjuangan. Banyak sekali jenis pekerjaan apapun yang berkonotasi sama dengan perjuangan. Berjuang mengisi hidup dan kehidupan, berjuang mengisi kemerdekaan yang telah diraih, mengisi jejak-jejak waktu yang dilewati adalah perjuangan.

Kuliah kehidupan terus menerus berjalan, kita manusia sebagai mahasiswanya terus menerus untuk belajar, lulus satu mata kuliah dan mata kuliah lain sedang menanti dan bila selesai seluruh mata kuliahpun, bukan berarti sudah tamat, tapi ada lagi jenjang yang harus dilalui, begitu seterusnya. Karena dalam fakultas kehidupan ini, kita semua adalah Mahasiswa abadi!
Sekali berarti, setelah itu mati! Demikian.

Rabu, 17 Agustus 2011

Asyiknya online dengan Allah SWT....

Seringkali kita terlupa dengan hakikat diri kita diciptakan dan kewajiban2 kita yang harus ditunaikan karena asyiknya diri kita online di depan komputer/BB/ Laptop baik itu lewat jejaring facebook,twitter, YM dll. Kita lebih sering chat mengenai masalah kita kepada teman2 dunia maya kita atau kita lebih sering mengupdate status di facebook ataupun di twitter. Tapi pernahkah kita berpikir atau merenung sejenak bahwa kita kan diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah dalam arti kita mengabdi kepadaNya. Itulah kewajiban yang sering ditunda atau bahkan sering kita lalaikan karena asyiknya kita berinternet.. Kebutuhan internet saat ini cukup mendesak. Bayangkan saja rapat kantor saja dialihkan melalui teleconference. Orang berkirim surat melalui e-mail dan lain sebagainya. Para pelajar dan pendidik menggunakan google untuk mencari sumber pengetahuan dan informasi.
Teman2 yang dirahmati Allah SWT...pernahkah kita sediakan waktu untuk online dengan pencipta kita yaitu Allah SWT...???
Pernahkah kita buka fasilitas excellent yang diberikan Allah SWT yaitu Al Qur�anul Karim dan mentaddaburi terjemahannya...???
Pernahkah kita chat dengan Allah SWT untuk mencurahkan dan mencari solusi dari permasalahan hidup yang kita alami...???
Ternyata waktu 24 Jam yang kita jalani lebih sering kita online dengan dunia dan hanya sedikit waktu kita online dengan Allah SWT...
Mari bersama2 kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan selalu mengingatiNya (online)..
Karena dengan mengingat Allah SWT maka hati merasa tenang.........MAU???????
sumber : siska-alqossam.abatasa.com

Nikmat

Setiap manusia mesti sentiasa mengingati nikmat yang Allah kurniakan kepada kita. Karena nikmatNya telah meliputi dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki, kesehatan badan, keamanan negara, hutan belantara, udara dan air, serta masih banyak lagi lainnya adalah nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita.

Sekiranya kalian menghitung-hitung nikmat Allah, nescaya kalian tidak akan dapat menghitungnya. (Ibrahim:34)



Demikian besar nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita. Dunia ini, beserta apa yang ada di dalamnya telah diciptakan Allah untuk kita, tetapi kita tidak pernah menyadarinya; kita menguasai kehidupan, tetapi tidak pernah mengetahuinya.

Dia telah memberikan nikmat-nikmatNya secara sempurna kepada kalian, baik zahir maupun yang batin. (Luqman:20)



Kita telah diberi sepasang mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.

Maka nikmat Tuhan kalian yang manakah yang layak anda dustakan?(Ar-Rahman:13)


Apakah kita mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu merupakan sesuatu yang biasa, padahal masih banyak manusia lain yang tiada mempunyai kaki? Apakah kita mengira bahwa berdiri tegak di atas kedua kaki itu merupakan sesuatu yang mudah, padahal masih banyak manusia lain yang kehilangan kedua kakinya? Apakah kita merasakan nikmatnya tidur dengan memejamkan kedua mata, sementara masih banyak manusia lain yang tidak dapat tidur karena sakit yang menanggungnya?

Pernahkan kita merasa nista ketika kita dapat makan makanan yang lezat dan minuman yang dingin, sementara masih banyak orang lain yang tidak dapat makan dan minum hanya karena penyakit yang mereka derita? Renungkanlah! Betapa besarnya fungsi pendengaran, di mana Allah menjauhkan kita dari ketulian;penglihatan kita akan terhindar dari kebutaan; dan ingatlah kulit kita yang cantik atau tampan yang terhindar dari penyakit gatal dan kudis.

Perhatikanlah juga fungsi Otak Kita! Apakah kita ingin menggantikan mata kita dengan emas sebesar gunung Uhud? Inginkah kita menjual pendengaran kita seharga perak satu bukit? Apakah kita mau membeli istana-istanah yang menjulang tinggi dengan lidah kita, namun kita bisu? Apakah kita mau menukar kedua tangan kita dengan butiran-butiran permata dan berlian, tetapi tangan kita buntung?

Kita sebenarnya telah meraup kenikmatan yang tiada terhitung dan kesempurnaan tubuh badan, tetapi sayangnya kita tidak menyadarinya. Bahkan kita hidup dalam ketidakpastian dan terperangkap dalam kesedihan, padahal kita masih memiliki roti yang segar untuk disantap, air yang segar untuk diteguk, dapat tidur dengan nyenyak, dan kesehatan kita yang stabil.

Kita seringkali memikirkan sesuatu yang telah hilang, sehingga kita lupa mensyukuri apa yang ada di hadapan kita. Kita merasa sedih karena kekurangan material, padahal kita masih memiliki kunci kebahagiaan, memiliki setumpuk kebaikan, kenikmatan, dan masih banyak yang lainnya. Oleh kerana itu, renungkanlah dan bersyukurlah!

Pada diri kalian juga terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah.Apakah kalian tidak memperhatikannya? (Adz-Dzariyat:21)

Lihatlah diri kita, keluarga, tempat tinggal, pekerjaan, kesehatan, sahabat, dan dunia sekeliling kita.


Dan janganlah termasuk didalam golongan: Mereka mengetahui bahawa semua nikmat yang ada berasal dari Allah, tetapi mereka mengingkarinya.(An-Nahl:83)

oh TUHAN ampuni hamba ...
banyak orang tak bisa makan
hamba meratap tak bisa pesta
banyak orang tak punya rumah
hamba bermimpi punya istana

oh TUHAN jadikanlah kami hamba hamba Mu yang selalu bersyukur atas n!kmat Mu ... amin amin amin ya robbal alamin ...